Jika masih sanggup menahan gempuran virus Corona maka langkah yang diambil adalah merumahkan karyawan dengan memotong gaji, tapi tidak semua pengusaha bisa melakukan itu.
"Ya semoga sih semuanya berjalan lancar lah, dan ini kan juga kita lihat dengan tidak semua karyawan ada yang seperti saya bilang dipotong sedikit (gajinya), ada yang malnya kalau sudah setengah mati ya dia bisa PHK juga," kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alexander Stefanus Ridwan saat dihubungi detikcom, Jumat (24/4/2020).
Untuk karyawan yang dirumahkan, dia menjelaskan pemotongan gaji bisa berkisar 10%, 20% dan sebagainya. Besaran potongannya disesuaikan dengan besaran gaji yang diterima.
"Ada yang dipotong 10%, 20%, tergantung besaran gajinya. Tapi kalau yang gaji bawah sih biasanya nggak dipotong ya. Semakin kecil gajinya semakin kecil potongannya. Dia nggak sanggup hidup dong (kalo dipotongnya besar). Kalau yang gajinya besar potongannya besar," jelasnya.
Namun dia belum bisa menyebutkan jumlah karyawan yang sudah di-PHK dan dirumahkan sejauh ini.
"Kita sih sebenarnya masih menghindari (PHK) itu lah. Tergantung daerahnya juga, kena PSBB (pembatasan sosial berskala besar) atau nggak," tambahnya.
Pengusaha mal juga harus menanggung biaya operasional. Klik halaman selanjutnya.
Di sisi lain, meski mal memilih tutup sementara, tutup sebagian, dan membatasi jam operasional, omzet yang mereka peroleh tak mampu menutup biaya operasional sehari-hari. Bahkan mal yang tutup total sekalipun harus tetap mengeluarkan biaya operasional. Padahal pendapatan sudah tidak ada sama sekali.
"Ya tutup nggak ada pendapatan, nggak ada ini, setengah mati lah. Omzetnya nggak ada," kata Stefanus Ridwan.
Dia menjelaskan sekalipun mal tidak beroperasi ada biaya-biaya yang harus tetap dikeluarkan.
"Iya dong, lampu mesti nyala, mesti ada maintenance tetap. Kan sebagian tetap ada yang buka kan, supermarket kan nggak boleh tutup, jadi tetap jalan, sekuriti juga tetap jalan kan, cleaning tetap jalan," jelasnya.
Yang membuat pengusaha mal tertekan lantaran pendapatan yang diperoleh sulit untuk menutup biaya-biaya di atas. Namun kerugian yang dialami oleh masing-masing pengusaha mal berbeda-beda, tergantung ukuran bisnisnya.
"Pendapatan hampir nol, pendapatan hampir nggak ada, nggak bisa nutup biaya operasional," tambahnya.
(toy/hns)