Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengaku kewalahan, sebab di saat Indonesia sedang musim panen, namun penyerapan di lapangan menurun tajam. Penurunan terjadi menurutnya akibat daya beli yang juga anjlok sejak adanya virus Corona.
"Sekarang panen kita banyak sekali, di mana-mana, tapi penyerapannya turun. Kenapa? Karena tidak ada daya beli. Kalau (pasokan pangan) kurang salah kalau lebih juga lebih salah lagi," ujar Syahrul dalam telekonferensi bertajuk Launching Anti Virus Corona berbasis Euchalyptus, Jumat (8/5/2020).
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa yang menjadi ancaman bukan sekedar kehadiran virus itu sendiri melainkan dampaknya secara luas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bayangkan Kementan harus mengontrol 267 juta perut rakyat dari Sabang sampai Marauke, saya tidak boleh kecolongan. Kementerian Pertanian tidak boleh kecolongan sedikitpun untuk tersedia pangan yang cukup bagi masyarakat. Oleh karena itu, ancaman itu bukan COVID-19 tapi dampaknya yang sangat besar," tambahnya.
Meski demikian, pihaknya terus berupaya untuk mengantisipasi dampak-dampak tersebut salah satunya dengan lebih intensif lagi turun ke lapangan menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. "Oleh karena itu kami harus turun ke lapangan," tambahnya.
Salah satu upaya yang tengah dilakukan Kementan dalam hal melawan COVID-19 ini ialah menemukan obat penangkal virus Corona dari tanaman asli Indonesia yakni dari tanaman euchalyptus.
Dari hasil uji coba laboratorium, tanaman ini berhasil menekan pertumbuhan virus Corona hingga 100%. Namun, temuan ini masih harus terus melalui uji laboratorium dan uji klinis. Sebab, tanaman euchalyptus itu punya 700 spesies yang belum semuanya diuji.
Rencananya bila mendapat spesies yang tepat, minyak atsiri ini akan diproduksi dalam bentuk inhaler, roll on, balsem atau sebagai minyak tetes biasa yang dapat diteteskan di mesin diffuser.
(fdl/fdl)