Ada Kerusuhan di AS, Bagaimana Imbasnya ke Ekonomi RI?

Ada Kerusuhan di AS, Bagaimana Imbasnya ke Ekonomi RI?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 02 Jun 2020 08:25 WIB
Aksi unjuk rasa atas kematian pria kulit hitam, George Floyd semakin memanas. Kerusuhan dan penjarahan terus dilakukan sejak kematian Fyord pada Senin (25/5/2020) lalu.
Kerusuhan di AS/Foto: AP Photo
Jakarta -

Kerusuhan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) jika berkepanjangan dikhawatirkan bisa mengganggu perekonomian. Hal ini juga dikarenakan ekonomi AS tertekan akibat pandemi COVID-19.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah mengungkapkan kerusuhan yang terjadi di AS tentu akan berdampak besar terhadap perekonomian negeri Paman Sam tersebut.

"Apalagi saat ini ekonomi AS sedang terpuruk oleh wabah COVID-19," kata Piter saat dihubungi detikcom, Senin (1/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengungkapkan jika kerusuhan ini tidak segera diatasi dikhawatirkan akan meluas dan menyebabkan krisis ekonomi yang lebih panjang dan dalam. Bahkan menurut Piter ini akan mengancam hegemoni AS di level global. Kemudian kondisi ini selanjutnya akan mempengaruhi aliran modal global.

"Negara-negara yang ekonominya sudah mulai membaik seiring meredanya wabah akan menjadi pilihan masuknya modal asing. Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan momentum ini sehingga rupiah bisa melanjutkan penguatannya," jelas dia.

ADVERTISEMENT

Berlanjut di halaman berikutnya.

Makin Ruwet

Kepala ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Ryan Kiryanto mengungkapkan kerusuhan di AS membuat persoalan yang dihadapi pemerintah setempat makin ruwet di saat menghadapi pandemi COVID-19.

"Meluasnya sentimen negatif publik hingga ke beberapa state di AS dengan menjalarnya tindakan unjuk rasa atau demonstrasi anarkis berpotensi menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah AS dan otoritas keamanan," kata dia.

Kemudian, jelang pilpres AS di November mendatang tentu saja persoalan yang dihadapi negeri Paman Sam makin kompleks seperti ekonomi, pengangguran, kesehatan, politik, hukum dan geopolitik.

Menurut dia, respons pasar bisa negatif karena aksi unjuk rasa sudah masuk hari kelima jelang keenam dan belum ada titik temu atau jalan keluar. Dia menyebut yang dikhawatirkan adalah cara penyelesaian yang mungkin berlarut-larut dan bisa menyulut situasi di AS makin memburuk.

"Bursa AS bisa tertekan, pun dengan indeks dolar AS tertekan terhadap mata uang lainnya. Tentu saja rupiah diuntungkan dengan situasi buruk di AS sehingga berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.750-14.850 per dolar AS," jelas dia.



Simak Video "Video: BI Sebut Daya Tahan Ekonomi RI Lebih Tinggi Dibanding AS-China"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads