Potensi peningkatan jumlah angka kemiskinan di Pulau Jawa akibat Corona sangat besar dibandingkan wilayah lainnya. Direktur Dana Transfer Khusus Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan, Putut Hari Satyaka mengatakan peningkatan angka kemiskinan paling best di Jawa karena wilayahnya sebagai epicentrum penyebaran COVID-19.
Putut menjelaskan, potensi peningkatan jumlah angka kemiskinan dampak dari terganggunya aktivitas ekonomi nasional, ditambah lagi pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di semua sektor yang mendukung perekonomian.
"Dengan dampak yang cukup berat memang potensi kemiskinan Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan akan meningkat," kata Putut dalam video conference, Jakarta, Jumat (29/5/2020).
Baca juga: Cegah Resesi, RI Harus Mulai New Normal? |
Pemerintah Indonesia memasang pertumbuhan ekonomi pada skenario optimis antara minus 0,4% sampai 2,3%. Kementerian Keuangan sendiri membuat kajian skenario yaitu berat dengan harapan pertumbuhan akan berada di level 2,3%, sedangkan skenario sangat berat minus 0,4% hingga akhir tahun 2020.
Dari skenario itu terlihat terjadi penurunan target pertumbuhan ekonomi dari yang awalnya sebesar 5,3% sesuai APBN 2020. Dengan begitu, potensi dampak sosial penurunan pertumbuhan terhadap kemiskinan, kata Putut untuk skenario berat akan bertambah sekitar 1,16 juta orang, sangat berat 3,78 juta orang.
Begitu juga pada angka pengangguran, pada skenario berat akan bertambah sekitar 2,92 juta orang, dan sangat berat sekitar 5,23 juta orang. Khusus potensi peningkatan angka kemiskinan, Putut menyebut untuk Pulau Jawa menjadi yang paling besar dibandingkan wilayah lain.
Klik halaman selanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT