Pariwisata Diguncang Corona, Bali Genjot Ekspor Hasil Pertanian

Pariwisata Diguncang Corona, Bali Genjot Ekspor Hasil Pertanian

Angga Riza - detikFinance
Selasa, 02 Jun 2020 13:19 WIB
Seniman menampilkan tari Numbug Lesung saat merayakan musim panen di Desa Jatiluwih, Tabanan, Bali, Sabtu (15/6/2019). Kegiatan itu untuk meningkatkan kunjungan wisatawan sekaligus mempertahankan budaya pertanian Bali beserta organisasi Subak di kawasan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO tersebut. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/nym/nz.
Ilustrasi/Foto: Antara Foto
Jakarta -

Untuk menopang ekonomi daerahnya, Gubernur Bali I Wayan Koster melakukan satu upaya dengan menggenjot ekspor hasil pertanian. Saat ini Bali tidak bisa sepenuhnya ketergantungan dengan sektor pariwisata saja lantaran masa pandemi yang berlangsung lama.

"Iya, jadi kita sudah harus mulai melakukan satu upaya untuk tidak lagi bergantung sepenuhnya kepada pariwisata kita harus memikirkan sektor lain untuk memperkuat perekonomian di Bali diantaranya adalah eksport karena perlu sangat dikagumi dan diminati oleh masyarakat di luar negeri," kata Gubernur Bali I Wayan Koster kepada wartawan, Selasa (2/6/2020)

Menurut Koster, hasil pertanian Bali sangat diminati oleh orang luar negeri. Dinilai, hasil pertanian di Bali sangat laku di pasar luar negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Seperti misalnya manggis Bali itu Tiongkok paling suka dengan manggis Bali paling disenangi manggis Bali paling laku manggis Bali ini. Nggak tau mungkin rasa kali ya," ungkap Koster.

Lebih lanjut Koster menjelaskan saat ini capaian produksi manggis Bali mencapai 4.000 hingga 5.000 ton. Diyakini setelah transportasi normal manggis di Bali akan lebih bagus di pasaran.

ADVERTISEMENT

"Kita di Bali produksinya 4.000-an sampai 5.000 ton. Tiongkok butuhnya 9.000 ton jadi kita masih kalau pasarnya udah normal situasinya, transportasi normal saya kira manggis di Bali juga udah pasarnya bagus sekali, nambah lagi buah naga, salak," kata Koster.

Namun demikian, di tengah pandemi COVID-19 saat ini, ekspor yang masih berjalan ternyata masih sedikit terganggu. Alasannya transportasi penerbangan yang masih belum dibuka antar negara.

"Ya ekspor ini sebenarnya sekarang ini masih tetap berjalan cuma karena transportasi udara tidak dibuka masih belum ada penerbangan antara negara sehingga hanya bisa dijalankan lewat laut itu pun jauh melalui Benoa ke Priok butuh waktu lama kemudian ke Tanjung Priok ke negara yang dituju sehingga butuhnya mingguan. Nah ini agak mahal kemasan terlalu lama kalau nggak kan buahnya rusak diperjalanan, jadi ini terganggu sedikit. Nanti kalau transportasi udaranya sudah normal saya kira sudah banyak negara yang membuka pasar untuk Bali dalam bidang pertanian," jelas Koster.




(eds/eds)

Hide Ads