Kepala Badan Pelaksana BPKH Anggito Abimanyu menjelaskan tantangan tersebut lantaran minimnya instrumen investasi berbasis syariah di Indonesia.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam diskusi bersama Aa Gym di saluran YouTube Aagym Official.
"Memang instrumen-instrumen syariah itu di Indonesia itu masih sedikit A, gitu. Kalau cari instrumen syariah sulit, cari tanah wakaf di sini ataupun tanah investasi yang berbasis syariah sulit," kata dia dikutip Senin (8/6/2020).
Selain itu, pihaknya pun tak bisa bergerak dengan luwes dalam mengelola dana calon jemaah haji. Pasalnya masih ada yang menginginkan agar uang tersebut tidak diapa-apakan.
"Sekali lagi ya pandangan masyarakat itu ingin uangnya pokoknya aman deh, nggak usah diapa-apain. Kira-kira gitu lah A. Kita mau sedikit berkreasi berinovasi 'oh nggak bisa, nggak boleh' gitu kan A. Itu yang memang kita membutuhkan orang-orang yang bisa menjadi, memediasi lah, menyampaikan kepada umat gitu," jelasnya.
Pihaknya pun akan mendorong sosialisasi kepada publik agar masyarakat dapat memahami bagaimana pihaknya mengelola dana jemaah haji
"Iya A makanya ini memang Alhamdulillah ini momentum sekarang ini memang saya juga sudah berpikir untuk kita lebih agresif dalam melakukan sosialisasi," sebutnya.
Di sisi lain, saat ini performa BPKH masih kalah dibanding pengelola haji negara tetangga, yaitu Lembaga Tabung Haji (TH) Malaysia. Saat ini mereka mengelola dana 2,5 kali lebih besar dibandingkan BPKH.
"Ya uangnya 2,5 kali lipat dibandingkan uang kita. Tapi Insyaallah kalau dengan doa dari Aa dan juga dari ulama, dari masyarakat, kita itu sebetulnya dalam tahun 2030 ya Insyaallah itu bisa melebihi mereka seharusnya karena jemaah haji kita lebih besar. Ya sepanjang kita benarlah mengurusnya," tambahnya.
(toy/ang)