Kementerian BUMN Sebut RI Ada di Antara Death Zone dan New Normal

Kementerian BUMN Sebut RI Ada di Antara Death Zone dan New Normal

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Selasa, 09 Jun 2020 10:15 WIB
Protokol kesehatan di Stasiun Sudirman, Jakarta, sangat ketat melakukan protokol kesehatan di masa PSBB transisi. Seperti apa suasananya?
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Indonesia menjadi salah satu negara yang tak luput dari virus Corona. Kementerian BUMN pun telah memetakan posisi Indonesia di tengah wabah tersebut.

Deputi Bidang SDM, Teknologi, dan Informasi Kementerian BUMN Alex Denni menjelaskan, kementerian memetakan posisi Indonesia berdasarkan dua variabel yang tidak pasti. Variabel tersebut yakni kapan vaksin ditemukan dan perilaku masyarakat.

Dari situ, maka terdapat empat zona yakni death zone, new normal, donkey man, dan longer life hope. Alex menuturkan, saat ini Indonesia berada pada posisi antara death zone dan new normal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita mungkin sekarang di border karena sebagian masyarakat sudah disiplin tapi sebagian lagi belum, tugas kita mendorong border line ke skenario new normal," katanya dalam sebuah webinar Restart Your Business with SIBV, Selasa (9/6/2020).

Dia menjelaskan, death zone sendiri merupakan zona di mana kondisinya virus menyebar dengan cepat, vaksin belum ditemukan dan sistem perawatan medis tidak sanggup menanggulangi pasien. Sementara, perilaku masyarakat abai terhadap keselamatan dan kesehatan.

ADVERTISEMENT

Kemudian, untuk normal ialah kondisi virus masih ada dan vaksin belum ditemukan. Namun, perilaku disiplin dari masyarakat terhadap protokol keselamatan dan kesehatan membuat penyebarannya menjadi melambat. Sehingga sistem perawatan rumah sakit bisa menangani jumlah pasien yang ada dengan baik.

"Skenario new normal adalah skenario di mana perilaku disiplin masyarakat protokol keselamatan kesehatan terjadi," katanya.

Dia mengatakan, saat new normal maka bisnis dipaksa untuk mencari cara-cara baru dan produk baru. "Pada saat yang sama bisnis juga dipaksa mencari cara baru, produk baru, solusi baru untuk beradaptasi dalam peradaban yang baru," ujarnya.




(acd/fdl)

Hide Ads