Kemenkes Sebut APD Lokal Kurang Nyaman Buat Tenaga Medis

Kemenkes Sebut APD Lokal Kurang Nyaman Buat Tenaga Medis

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 09 Jun 2020 16:42 WIB
Pekerja membuat pakaian alat perlindungan diri (APD) tenaga medis di Pusat Industri Kecil, Penggilingan, Jakarta, Kamis (26/3/2020). Pakaian APD tersebut dijual Rp45.000 untuk jenis pakaian sekali pakai dan Rp75.000 untuk pakaian yang bisa dicuci. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/ama.
Ilustrasi/Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Jakarta -

Kepala Pusat Krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dokter Budi Sylvana menyampaikan bahwa tenaga medis seperti dokter tidak nyaman menggunakan alat pelindung diri (APD) produksi industri dalam negeri. Hal itu membuat produk lokal tak terserap optimal oleh pasar.

Untuk standar keamanan APD buatan lokal, dia mengakui sudah tahan air, tahan darah, tahan percikan droplet, dan lain-lain. Sayangnya dari segi kenyamanan dirasa masih kurang.

"Setelah diberikan ke kami, kami tujukan ke user, kami tawarkan ke user, ke para dokter 'wah dokter Budi ini terlalu berat. Jangan gitu dong. Kami kan 8 jam menggunakan pakaian ini. Kalau ini digunakan oleh kami mana tahan kami menggunakan ini dalam waktu 8 jam'," kata dia dalam webinar di saluran YouTube Kemenperin, Selasa (9/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara prinsip, dia menjelaskan bahwa APD harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya spesifik atau bahaya yang pada umumnya dihadapi. Tapi tidak lupa ada faktor kenyamanan.

"Nah yang kedua ini berat APD harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan. Nah ini salah satu faktor kenapa produksi dalam negeri ini belum bisa dipenuhinya, faktor ketidaknyamanan. Karena tenaga kesehatan kita menggunakan ini apalagi yang di rumah sakit menggunakan APD dalam waktu yang lama, rata-rata sekitar 6 jam bahkan bisa sampai 8 jam mereka menggunakan ini," jelasnya.

ADVERTISEMENT

"Nah kalau barangnya itu tidak nyaman, otomatis nanti user tidak memilih produk kita. Karena bagaimana pun yang kita produksi penggunanya adalah user. Nah ini yang harus kita perhatikan bersama," lanjut Budi.

Pihaknya pun tak mau lepas tangan. Dia mempersilahkan pelaku industri berkonsultasi dengannya untuk mengetahui APD yang diinginkan oleh pasar. Sebab jangan sampai pelaku industri dalam negeri membuat produk tersebut tetapi tidak diserap oleh pasar.

"Jadi tidak sekadar tahan air, tahan darah, tahan percikan droplet, tapi juga kenyamanan ini menjadi satu faktor kunci penentu untuk bisa digunakan," tambahnya.




(toy/ara)

Hide Ads