APD Lokal Tak Laku, Kemenkes: Kecepatan Produksi Kalah dengan Impor

APD Lokal Tak Laku, Kemenkes: Kecepatan Produksi Kalah dengan Impor

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 09 Jun 2020 16:10 WIB
Pekerja membuat pakaian alat perlindungan diri (APD) tenaga medis di Pusat Industri Kecil, Penggilingan, Jakarta, Kamis (26/3/2020). Pakaian APD tersebut dijual Rp45.000 untuk jenis pakaian sekali pakai dan Rp75.000 untuk pakaian yang bisa dicuci. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/ama.
Ilustrasi/Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Jakarta -

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merespons keluhan pelaku industri yang mengaku alat pelindung diri (APD) buatannya tidak laku terserap pasar. Menurut Kepala Pusat Krisis Kemenkes dokter Budi Sylvana ada faktor yang menyebabkan APD tidak laku.

Dia menjelaskan sebenarnya APD buatan industri nasional banyak yang disukai pasar dan memenuhi kualifikasi. Namun dari segi produksinya kalah cepat dengan impor.

"Bahwa banyak produk Indonesia ternyata yang disukai user dan kualifikasi minimalnya terpenuhi, cuma kecepatan produksinya kalah yang produk lokal. Kecepatan produksi dalam jumlah banyak dalam waktu dekat itu yang kalah mereka dengan bahan baku impor," kata dia dalam webinar di saluran YouTube Kemenperin, Selasa (9/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mencontohkan beberapa minggu lalu pihaknya membutuhkan 2,5 juta APD. Sayangnya industri lokal tak sanggup untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun yang dia heran, tiba-tiba ada yang menyatakan bahwa APD dalam negeri tidak terserap.

Hal itu dia sampaikan langsung kepada Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja yang turut hadir dalam webinar tersebut.

ADVERTISEMENT

"Itu yang produk lokal nggak sanggup Pak Jemmy. Tidak sanggup produksi kebutuhan pemerintah. Ini terus tiba-tiba saya nggak tahu juga berita di media dikatakan (APD lokal) tidak terserap. Lho saya juga jadi bertanya yang mana tidak terserap. Nah ini komunikasi seperti ini yang mungkin lebih bagus disampaikan saja ke kami," ujarnya.

Pihaknya pun memahami kekhawatiran pelaku industri jika APD buatan mereka pada akhirnya tidak terserap oleh pasar hingga pandemi ini berakhir. Oleh karena itu, dia mengajak pelaku industri untuk berkomunikasi dengan Kemenkes.

"Sehingga nanti barang-barang yang diproduksi oleh pelaku industri Indonesia itu bisa diserap. Sangat disayangkan kalau saya dengar itu sampai 100 juta kemampuan produksi tapi kalau tidak terserap memang sangat disayangkan," tambahnya.




(toy/ara)

Hide Ads