Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengusulkan agar badan usaha milik desa (BUMDes) bisa lebih inovatif dalam mengelola keuangannya supaya bisa terus eksis mendukung ekonomi desa. Misalnya dengan saling berkolaborasi antarsesama BUMDes lainnya dalam memaksimalkan pengelolaan keuangannya.
Hal ini menurutnya lumrah dilakukan untuk mendukung desa-desa yang tak memiliki banyak sumber daya alam atau manusia potensial sebagai pendapatan BUMDes-nya.
"1 contoh BUMDes yang sudah bagus, BUMDes yang memiliki potensi pengelolaan (SDA dan SDM) bisa saja kemudian menjual saham dan dibeli oleh BUMDes-BUMDes di desa-desa yang tidak memiliki potensi. Supaya apa? supaya terjadi pemerataan pendapatan dari berbagai eksplorasi dan upaya peningkatan ekonomi masyarakat," ujar Abdul dalam dalam webinar nasional bertajuk Mendayagunakan Modal Desa untuk Menggerakkan Investasi Nasional, Kamis (11/6/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya upaya peningkatan ekonomi secara kreatif perlu terus digodok oleh desa-desa agar bisa terus berkembang.
"Saya dengar ada beberapa pemikiran begini namanya BUMDes itu ya kops desa kecil, tidak boleh kemudian BUMDes itu melakukan investasi di desa lainnya. Menurut saya tidak bisa. Ada saatnya kita harus berikan ruang seluas-luasnya antardesa antar-BUMDes untuk melakukan berbagai upaya peningkatan ketahanan dan pertumbuhan ekonomi di masing-masing desa," tegasnya.
Abdul berprinsip bila terjadi pemerataan ekonomi di seluruh desa di Indonesia, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi lebih sejahtera secara menyeluruh.
"Saya berprinsip seperti itu karena saya berkeyakinan betul bahwa apapun yang berkembang di desa kemudian terakumulasi agregatnya adalah bahwa kesejahteraan desa, kemaslahatan desa pertumbuhan ekonomi desa di situ ada kesejahteraan bangsa Indonesia, pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia. Itulah makanya kalau kita fokus bangun desa, pada hakikatnya kita adalah bangun Indonesia karena desa adalah Indonesia dan Indonesia adalah desa," tandasnya.
Ekonomi desa sendiri diyakini bisa cepat pulih usai serangan COVID-19 lewat topangan sejumlah pusat-pusat ekonomi yang ada di desa-desa tersebut. Mulai dari pasar tradisional, lahan-lahan pertanian, hingga perhotelan atau penginapan.
Berikut 10 pusat-pusat ekonomi desa yang berpeluang paling cepat pulih selama masa new normal nanti:
1. Kelompok pertokoan di 6.809 desa
2. Pasar dengan bangunan permanen di 6.236 desa
3. Pasar dengan bangunan semi permanen di 8.781 desa
4. Pasar tanpa bangunan di 4.317 desa
5. Hotel di 1.709 desa
6. Penginapan di 3.429 desa
7. BUMDes di 50.199 desa yang aktif bertransaksi 37.125 BUMDes
8. Lahan intensifikasi di kawasan transmigrasi 1,8 juta Ha (yang siap digarap 509 ribu Ha)
9. Desa pertanian pangan ada di 65.325 desa
10. Desa pertanian non pangan ada di 4.748 desa
(eds/eds)