Ekonomi RI Diprediksi Nyaris -4%, Kemenkeu Buka Suara

Ekonomi RI Diprediksi Nyaris -4%, Kemenkeu Buka Suara

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 12 Jun 2020 07:30 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi pertumbuhan ekonomi secara kumulatif atau sampai September 2018 sebesar 5,17%.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Kementerian Keuangan akan memanfaatkan data proyeksi pertumbuhan ekonomi dari beberapa lembaga internasional sebagai bahan analisis ke depannya. Beberapa lembaga internasional menyatakan ekonomi nasional akan minus di 2020.

Paling terbaru adalah proyeksi dari Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Dalam laporannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi antara -2,8% dan -3,9%, tergantung dari skenarionya.

"Tentu saja kami akan mencermati dan menganalisis setiap kajian dan masukan," kata Staf Khusus Menteri Keuangan, Yustinus Prastowo saat dihubungi detikcom, Jakarta, Kamis (11/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prastowo mengatakan, Kementerian Keuangan sampai saat ini masih optimis pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran -0,4% sampai 2,3% atau berada pada skenario sangat berat menuju berat.

Untuk mengejar target tersebut, dikatakan Prastowo pemerintah sudah menyiapkan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang berjalan bersamaan dengan penanggulangan COVID-19.

ADVERTISEMENT

Adapun, anggaran PEN yang mencapai Rp 677,2 triliun ditujukan kepada sektor kesehatan sebesar Rp 87,55 triliun. Untuk perlindungan sosial alias bansos sebesar Rp 203,9 triliun, dan sisanya dukungan kepada dunia usaha mulai dari insentif hingga dukungan permodalan.

"Sudah semakin jelas arah kebijakan dengan terbitnya beberapa PMK (peraturan menteri keuangan) dan diharapkan segera diimplementasikan dengan baik," ujarnya.

Melalui program PEN, lanjut Prastowo, pemerintah berharap ekonomi nasional mulai bangkit atau recovery pada kuartal III-2020.

"Maka saat ini perlu kerjasama seluruh pihak agar kurva (kasus) segera melandai dan turun. Lalu daerah yang hijau semakin banyak sehingga aktivitas ekonomi bisa jalan berdampingan," ungkapnya.

Berdasarkan laporan OECD economy outlook edisi Juni 2020 yang dikutip, Kamis (11/6/2020), proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut masuk ke dalam dua skenario yaitu gelombang pertama dan gelombang kedua.

Jika Indonesia hanya terkena hantaman COVID-19 satu kali, maka diproyeksikan angka pertumbuhan ekonominya minus -2,8%. Sementara terkena hantaman dua kali maka akan berada di level -3,9%.

"PDB diproyeksikan berkontraksi pada 2020 dan untuk pertama kalinya sejak krisis ASIA 1997 ekonomi sebesar -2,8% atau -3,9% tergantung skenario," bunyi laporan OECD.



Simak Video "Video Menkeu Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,7-5%"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads