Jumlah perempuan yang memimpin perusahaan terbesar di jajaran Fortune 500 di dunia makin berkurang. Dikutip detikcom dari CNN, Selasa (16/6/2020), saat ini hanya ada 35 perempuan yang menjadi pemimpin perusahaan terbesar menurut Fortune.
Awalnya, sejak 1972 hanya ada satu perempuan, yakni Katharine Graham dari Washington Post. Sementara total wanita yang pernah menduduki jabatan CEO di perusahaan-perusahaan Fortune 500 hanya berjumlah 87.
Baru-baru ini salah satu perempuan yang menduduki posisi di atas mundur dari jabatannya, membuat perempuan yang memimpin perusahaan terbesar di dunia semakin sedikit. Dia adalah Marillyn Hewson yang sebelumnya memimpin Lockheed Martin (LMT).
Dia mengundurkan diri pada Senin dalam transisi yang direncanakan diumumkan pada bulan Maret.
Selama masa jabatannya, Hewson terbilang sukses di Lockheed. Dia dinobatkan sebagai wanita pebisnis paling kuat berdasarkan Fortune, dan CEO of the Year oleh majalah Chief Executive. Dan tahun lalu, dia masuk daftar majalah TIME mengenai "100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia."
Hewson selalu disebut sebagai CEO wanita pertama dari kontraktor pertahanan terbesar di dunia. Tapi, dia mengatakan dalam sebuah wawancara 2015 dengan CNN, dia percaya dia adalah panutan bagi wanita.
"Saya lebih suka mereka menunjukkan bahwa saya seorang pemimpin, karena saya seorang pemimpin pertama dan saya pikir itulah yang benar-benar penting," kata dia.
Kepergiannya dari perusahaan, membuat CEO wanita di perusahaan-perusahaan Fortune 500 makin sedikit.
Terlebih ada anggapan bahwa wanita yang memimpin perusahaan terbesar dalam Fortune didominasi oleh warga kulit putih. Hanya tiga dari CEO wanita Fortune 500 tahun ini yang bukan kulit putih.
Simak Video "Gojek Disebut Akan PHK Karyawannya"
[Gambas:Video 20detik]
(toy/zlf)