Pandemi virus Corona atau COVID-19 telah menimbulkan banyak permasalahan. Tidak hanya di sektor kesehatan, di sisi ekonomi juga ikut babak belur.
Hampir seluruh lapisan masyarakat ikut merasakan dampaknya. Pekerja dihadapi risiko pemotongan gaji hingga PHK, sementara yang memiliki usaha juga dihantui kebangkrutan lantaran lemahnya daya beli masyarakat.
Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat mengatakan, setiap manusia dalam kehidupannya pasti tidak ingin tua sebelum kaya. Artinya setiap orang ingin di masa tuanya keuangannya sudah mencukupi.
Nah kondisi pandemi saat ini menurutnya justru memperbesar risiko hal itu. Semua orang bisa menua sebelum kaya.
"Tuwir (tua) sebelum tajir (kaya), COVID-19 itu memperburuk risiko tuir sebelum tajir," ujarnya dalam sebuah diskusi virtual, Kamis (25/6/2020).
Budi menjelaskan, menurut Bank Dunia ukuran seseorang disebut kaya adalah memiliki penghasilan US$ 1.200 per bulan. Jika belum memiliki pemasukan sebesar itu saat ini maka orang itu belum bisa disebut kaya.
"Ya hitunglah US$ 1.000 deh per bulan, dengan kurs Rp 14.300, mohon maaf nih, siapa pun yang pendapatannya belum Rp 14,3 juta per bulan itu belum kaya," tuturnya.
Budi pun menyarankan, agar terhindar dari risiko tuwir sebelum tajir, sebaiknya sejak muda fokus untuk mengumpulkan aset. Pengumpulan aset bisa dilakukan dengan berinvestasi di berbagai instrumen.
"Jadi kita harus mengajarkan anak-anak muda jadi penggembala. Ketika tua dia punya peternakan, jadi dia tidak lagi mengandalkan gaji tapi dari penghasilan peternakannya. Bisa jual sapinya atau perah susunya," tutupnya.
Baca juga: Mereka yang Prediksi Ekonomi RI Bakal Minus |
(das/hns)