Duet Brexit dan Corona, Lowongan Kerja Makin Langka

Duet Brexit dan Corona, Lowongan Kerja Makin Langka

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 03 Jul 2020 13:37 WIB
Parlemen Inggris Kembali Tolak Semua Opsi Brexit
Duet Brexit dan Corona, Lowongan Kerja Makin Langka. Foto: DW (News)
London -

Inggris cuma punya waktu kurang dari enam bulan untuk mencapai kesepakatan perdagangan baru dengan Uni Eropa. Jika tidak, Brexit atau Britian Raya Exit diprediksi akan menghancurkan bursa lapangan kerja Inggris yang sekarang sudah pontang-panting akibat virus Corona.

Setelah Inggris resmi meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari 2020, negara itu memasuki masa transisi hingga akhir tahun 2020, di mana Inggris akan tetap menjadi anggota Uni Eropa dalam status sementara.

Kini lebih dari 100 perusahaan dan organisasi telah menulis surat kepada Perdana Menteri Britania Raya Boris Johnson. Perusahaan yang didominasi dari sektor manufaktur dan perusahaan barang kimia meminta Uni Eropa memperpanjang transisi Brexit hingga lebih dari akhir tahun ini.

Surat itu dikeluarkan untuk meminta keselarasan peraturan dagang UE untuk memungkinkan aliran bebas dagang Inggris di UE pada produk farmasi, medis, dan bahan kimia.

"Bisnis Inggris tidak memiliki harapan lagi ketika harus menghadapi perubahan perdagangan besar setelah akhir tahun ini. Jika masa transisi Brexit tidak diperpanjang, akan menjadi tantangan tersendiri bagi perekonomian Inggris. Mengingat pandemi Corona juga telah memperburuk perekonomian negara," berdasarkan isi surat perusahaan. Dikutip dari CNN, Kamis (7/32020).

Namun, kesepakatan baru Inggris dan Uni Eropa belum berujung baik. Kepala Perunding Uni Eropa Brexit Michel Barnier mengatakan bahwa proposal Inggris yang dibuat untuk kesepakatan pedagangan masa depan dengan Uni Eropa tidak diterima. Inggris dinilai hanya mementingkan pasarnya sendiri.



"Saya tahu bahwa banyak yang berharap keputusan kesetaraan kami akan memberikan kesinambungan antara Inggris dan Uni Eropa. Namun kini keadaan harus berubah," kata Barnier.

Sejauh ini, bahkan sebelum Brexit, perusahaan-perusahaan besar di Inggris telah mengumumkan lebih dari 80.000 pemutusan hubungan kerja karena pandemi virus Corona. Mereka berharap mendapat dukungan dari pemerintah sebagai penggajian karyawan hingga Oktober mendatang.

Airbus memangkas 1.700 pekerjaan, Arcadia 500 karyawan di kantor pusat, EasyJet 2.017 dari pilot hingga awak kabin di PHK. Selanjutnya, Harrods 700 pekerja, TM Lewin 600 pekerja, dan perusahaan katering SPP memangkas hingga 5.000 pekerja.


Kini ekonomi Inggris menghadapi kemerosotan bersejarah. Data British Chambers of Commerce menunjukkan bahwa 20 dari 28 indikator mempengaruhi sektor manufaktur, penjualan, dan arus kas negara turun ke level terendah pada kuartal-II.

Barison Johnson berjanji untuk mempercepat stimulus miliaran pound sterling untuk membantu pembangunan proyek-proyek infrastruktur, sekolah, rumah saki, dan perumahan. Selain itu, dia berjanji akan membangun dan meningkatkan investasi Inggris ke luar negeri.


Hide Ads