Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) Fadjry Djufry menegaskan produk eucalyptus yang dikembangkan pihaknya tidak pernah diklaim sebagai antivirus Corona. Pasalnya, produk eucalyptus yang dikemas dan dilabeli sebagai 'antivirus' Corona ini belum pernah diuji pada sampel asli COVID-19 (SARS-CoV-2).
"Saya tidak mengklaim COVID-19 karena kita tidak menguji pada COVID-19, kita hanya menguji kepada corona model. Karena kita punya alpha Corona, beta Corona, gamma Corona, delta Corona. Tapi COVID-19 atau SARS COVID-19 ini adalah bagian dari beta Corona," kata Fadjry dalam konferensi pers virutal, Senin (6/7/2020).
Fadjry mengatakan, melalui penelitian Balitbangtan yang dilakukan sejak Maret 2020 lalu, produk ini dinyatakan hanya sebatas berpotensi 'membunuh' virus Corona (COVID-19).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanya itu klaim produk kita ini memang sebatas apa yang menjadi izin dari BPOM. Tapi ini secara lab potensi untuk 'membunuh' virus Corona, termasuk H5N1 dan influenza," papar Fadjry.
Terkait kalung eucalyptus 'antivirus' Corona sendiri, menurutnya memang sekadar digolongkan sebagai aksesoris kesehatan.
"Kalung ini nano enkapsulasi. Jadi kalung ini memang berbeda dengan kalung yg biasa. Ini masih perdebatan, terserah. Tetapi secara isinya ini sama dengan minyak roll on. Jadi isi kalung aromatherapy eucalyptus ini sama dengan di roll on, sama dengan inhaler. Seperti itu. Karena ini (kalung) kan aksesoris kesehatan. Jadi kita bisa hirup dan ini bisa 'membunuh' virus Corona yang ada di sekitar kita," terangnya.
(fdl/fdl)