"Okupansi frekuensi Garuda sudah agak naik tapi nggak signifikan, 16% lah. Kapasitas penumpang masih di angka 50%," kata Irfan di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa, (7/7/2020).
Irfan berharap bisnis ini segera pulih dari serangan Corona (COVID-19). Dia pun meminta agar masyarakat jangan menunda naik pesawat dengan tidak minta diskon karena peran masyarakat sangat besar dalam pemulihan bisnis.
"Kita berharap para penumpang mulai naik (pesawat) jangan juga tunggu-tungguan karena yang akan menyelamatkan Garuda Indonesia ke depan adalah mereka yang naik pesawat dan jangan minta tambahan diskon," ucapnya.
Pandemi Corona betul-betul memukul bisnis penerbangan, terbukti sudah adanya maskapai penerbangan luar negeri yang menyatakan bangkrut. Dia menyebut hal itu juga berpeluang terjadi pada maskapai di Indonesia.
"Seperti diketahui banyak maskapai yang sudah menyatakan kebangkrutan. Di dekat kita ada Thai Airways, jadi nggak usah terlalu kaget kalau ada maskapai di Indonesia yang tidak tahan lagi," imbuhnya.
Minimnya penumpang disebabkan karena berbagai daerah masih menerapkan aturan perjalanan khusus, seperti adanya kewajiban tes swab atau PCR. Rute-rute populer yang justru diminati penumpang Garuda Indonesia adalah tujuan ke luar Pulau Jawa seperti Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera.
Di samping itu, jumlah penumpang dengan rute-rute pendek seperti lintas Jawa masih berkurang. Untuk rute dalam Pulau Jawa, masyarakat dinilai lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.
"Rute-rute yang populer yang terbang, mereka yang harus terbang. Opsi yang nampaknya ramai yang antar-pulau. Sulawesi, Kalimantan, Sumatera. Orang banyak milih naik mobil di Jawa makanya menantang," tandasnya.
(dna/dna)