Airlangga mengatakan saat ini banyak orang yang sudah mulai bekerja dari rumah, bahkan sudah semakin banyak pula masyarakat berbelanja secara online (daring). Kondisi itu telah membuat e-commerce di Tanah Air kian bertumbuh.
"Memang Pandemi COVID-19 ini menjadi akselerator bagi Industri 4.0. Saat ini jaringan internet menjadi sesuatu yang diperlukan dan sangat relevan terhadap masyarakat. Baik itu di sektor kesehatan dengan telemedicine, kemudian juga tele-education," ujar Airlangga, dalam keterangannya, Selasa (7/7/2020).
Menurut Airlangga, kini para pelajar pun sudah mulai menyesuaikan diri dengan belajar dari rumah atau belajar dari jarak jauh. Metode e-learning juga terus bertumbuh di Indonesia. Kondisi ini semua tentunya telah mengakrabkan masyarakat dengan teknologi dan industri 4.0.
Sementara dalam usaha kecil dan menengah, internet juga sudah dimanfaatkan dengan adanya e-commerce. Bahkan warung kecil sudah menggunakan aplikasi digital untuk pengadaan barang dan memonitor stok mereka.
"Ke depan infrastruktur digital itu menjadi sesuatu yang mutlak. Saat ini pemerintah sedang melakukan penguatan infrastruktur digital. Fiber optik kita juga sudah tersambung dari wilayah Sabang sampai Merauke. Juga dari Sulawesi Utara hingga NTT," ungkap Airlangga.
Airlangga menuturkan, dalam hal teknologi informasi ke depannya untuk Indonesia adalah jaringan 5G. Sementara saat ini jaringan 4G sudah mencapai 97,5% wilayah di Tanah Air, yang berarti masyarakat tak ketinggalan.
Di Indonesia sendiri jumlah pengguna atau orang yang terhubung dengan internet sudah mencapai sekitar 180 juta orang. Lalu untuk untuk penggunaan layanan online sendiri sudah mencapai 105 juta orang. Airlangga menyatakan hal itu menjadi modal yang harus terus dijaga oleh pemerintah. Selain itu industri e-commerce kini juga menjadi salah satu pengungkit tambahan pertumbuhan ekonomi nasional, karena grafik pertumbuhannya sudah positif dan tidak mengalami penurunan.
"Pemerintah saat ini terus mendorong agar ada investasi untuk membuat device (telekomunikasi) yang lebih murah. Sehingga transformasi (industri) ini nanti juga diikuti dengan biaya komunikasi yang lebih rendah," ungkap Airlangga.
"Sektor industri digital di Indonesia ini potensinya sampai tahun 2025, untuk e-commerce, adalah US$ 125 miliar (sekitar Rp 1800 triliun)," imbuhnya.
Airlangga juga menegaskan Indonesia bisa melakukan leap frog (lompatan) melalui digitalisasi. Potensi untuk industri digital di ASEAN sendiri kini mencapai US$ 150 miliar. Ini menjadi sebuah peluang pasar yang menggiurkan bagi pelaku industri digital di Tanah Air. Menurutnya industri digital ini bisa menjadi leverage dan digunakan untuk menghela pertumbuhan ekonomi post pandemic.
"Kita ketahui Indonesia saat ini memiliki keunggulan di bidang teknologi, karena beberapa perusahaan unicorn asal Indonesia, juga beroperasi di Singapura, di Vietnam, bahkan di Filipina," pungkas Airlangga.
(akn/hns)