Ngerinya Jokowi Ekonomi Global Terancam Krisis

Ngerinya Jokowi Ekonomi Global Terancam Krisis

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 10 Jul 2020 06:00 WIB
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (kedua kiri) dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kanan) meninjau lahan yang akan dijadikan
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Jakarta -

Risiko krisis ekonomi dunia karena pandemi wabah COVID-19 cukup membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) khawatir. Dia mengaku takut dengan banyaknya proyeksi dari lembaga internasional yang meramal ekonomi dunia tahun ini akan terkontraksi cukup dalam.

Jokowi pun sudah kesekian kalinya meminta para menterinya untuk bekerja tidak seperti biasanya. Bahkan dia minta para menteri bekerja seolah dalam keadaan krisis.

"Tadi di depan saya sudah minta, kita harus memiliki sense of crisis yang sama. Regulasi sederhanakan, SOP sederhanakan. Sesuai dengan keadaan krisis yang kita hadapi. Semua negara sekarang ini mengalami itu, kerjanya cepet-cepetan. Ini kita berkejar-kejaran dengan yang namanya waktu. Jadi sekali lagi ganti channel dari channel normal ke channel krisis," ujarnya saat membuka rapat terbatas yang membahas serapan anggaran seperti dilansir Kamis (9/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jokowi menjabarkan proyeksi dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang menyebutkan kontraksi ekonomi global diprediksi mencapai minus 6 hingga 7,6%. Dia mengaku khawatir dengan proyeksi-proyeksi tersebut.

"Kalau ndak, ngeri saya terus terang saya ngeri. Di kuartal III ini. Ini kuncinya di kuartal III. Saya melihat memang setelah kita rapat kabinet di sini ada pergerakan yang lumayan. Tapi belum sesuai dengan yang saya harapkan. Sudah bergerak lebih baik, sudah bergerak lebih bagus, tapi belum," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Ekonomi Indonesia juga tengah dihantui resesi. Kuartal II-2020 sudah dipastikan pertumbuhan ekonomi akan minus. Jika kuartal III-20202 kembali minus maka sudah dipastikan ekonomi RI masuk dalam jurang resesi.

Jokowi pun mengaku akan memantau setiap hari penggunaan anggaran setiap kementerian. Dia minta agar serapan anggaran dikebut untuk belanja di dalam negeri. Sementara untuk belanja produk luar negeri dia minta direm.

Lalu apakah kekhawatiran Jokowi itu menandakan krisis ekonomi benar di depan mata?

Pengamat ekonomi Piter Abdullah mengatakan ada beberapa indikator yang bisa dijadikan acuan jika terjadi krisis ekonomi.

"Krisis terjadi apabila dunia usaha collapse atau bangkrut, dan kemudian merambat ke sistem keuangan," kata Piter saat dihubungi detikcom, Jakarta, Kamis (9/7/2020).

Dia menilai, saat ini ekonomi dunia masih belum masuk zona krisis ekonomi. Meski demikian dirinya mengaku resesi atau pemerosotan ekonomi berpotensi terjadi.

Sementara Peneliti dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Fajar B. Hirawan mengatakan tanda-tanda krisis ekonomi mulai nampak.

"Yang paling kasat mata ditandai dengan kontraksi yang terjadi di hampir seluruh sektor ekonomi. Khususnya pada industri manufaktur dan perdagangan, serta konsumsi rumah tangga dan investasi," kata Fajar.

Tanda selanjutnya yang sudah sangat terlihat, dikatakan Fajar adalah realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan memproyeksi tumbuh minus 3,8%, yang paling terbaru berada di rentang -3% sampai -5,1%.

"Jika ditanya apakah ada tanda-tanda krisis, ya jelas ada, apalagi kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia dipastikan akan negatif. Di kuartal I-2020 saja pertumbuhan ekonomi kita sudah turun sangat signifikan. Kemudian karena semua aktivitas ekonomi cenderung melambat mulai April 2020, maka kinerja ekonomi akan semakin terkoreksi lebih dalam lagi," ujarnya.


Hide Ads