Di Tengah Pandemi, Warga China Masih Doyan Borong Barang Mewah

Di Tengah Pandemi, Warga China Masih Doyan Borong Barang Mewah

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 10 Jul 2020 09:00 WIB
Logo Louis Vuitton LV
Ilustrasi/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Terlepas dari hantaman keras pandemi Corona ke ekonomi, ternyata tak membuat permintaan dari masyarakat China untuk barang-barang mewah turun terlalu besar. Hal itu membuat banyak dari perusahaan produk branded mengalihkan pasarnya dari Hong Kong ke China daratan.

Melansir CNBC, Jumat (10/7/2020), perusahaan konsultan Bain memperkirakan tahun lalu konsumen China menyumbang sekitar 35% dari 281 miliar euro (US$ 317 miliar) total belanja produk-produk mewah secara global. Namun sebagian besar konsumen China itu melakukan pembelian barang mewah di luar negeri termasuk di Hong Kong.

Namun saat pandemi Corona muncul, masyarakat China tidak bisa pergi ke luar negeri. Beberapa analis memperkirakan mereka masih tetap belanja barang mewah dari rumahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semua merek mewah bergerak ke arah ini (belanja online). Ini dipercepat dengan adanya COVID-19," kata analis Bain, Federica Levato.

Bain sendiri memperkirakan dalam lima tahun, pangsa Cina untuk pengeluaran barang mewah secara global akan naik hampir setengahnya. Kenaikan akan terbagi rata antara pasar domestik dan luar negeri.

ADVERTISEMENT

Sementara di Hong Kong sendiri banyak toko barang-barang mewah yang tutup karena dampak dari aksi demo besar-besaran yang terjadi tahun lalu dan pandemi. Akhirnya banyak dari mereka tutup toko dan pindah ke China daratan baik dengan membuka toko fisik maupun melalui e-commerce.

Kebijakan baru oleh pemerintah China daratan juga memiliki tujuan untuk mendorong lebih banyak masyarakatnya yang belanja barang mewah di wilayah China daratan.

Pada 1 Juli, pemerintah China meningkatkan fasilitas belanja bebas pajak tiga kali lipat lebih, dari 30.000 yuan menjadi 100.000 yuan ($ 14.285). Mereka juga menghapus batas 8.000 yuan per item pada barang yang dibeli di pusat perbelanjaan bebas pajak Hainan.

Analis pariwisata UBS Securities China Chen Xin memperkirakan pengeluaran masyarakat naik lebih dari dua kali lipat dari tahun lalu menjadi 28 miliar yuan tahun ini. Dia mengatakan sebagian besar peningkatan pengeluaran kemungkinan akan terjadi pada paruh kedua tahun ini, dan tumbuh menjadi 38 miliar yuan tahun depan.

Bahkan jika ekonomi China secara keseluruhan terpukul, Chen mengatakan konsumen negara itu masih bercita-cita untuk membeli produk-produk mewah. Meskipun ekonomi lokal mengalami kontraksi 6,8% di kuartal pertama, orang Cina masih mau berbelanja.

"Permintaan barang mewah di China telah pulih dengan kuat dalam beberapa bulan terakhir. Sebagian besar merek mapan (LV, Gucci, Cartier, Chanel, Dior, dll) penjualannya meningkat 40-90% pada awal Juni," tulis laporan analis Morgan Stanley.

Permintaan yang masih besar itu juga mendorong produk branded untuk berekspansi ke saluran belanja online China yang berkembang pesat. Terutama untuk kota-kota di yang kurang berkembang atau di luar kota-kota metropolitan seperti Beijing dan Shanghai.

Sebab ternyata banyak juga pelancong China daratan yang ke Hong Kong untuk belanja barang-barang mewah berasal dari kota-kota tingkat bawah di China.




(das/eds)

Hide Ads