Elon Musk Kini Lebih Tajir dari Warren Buffett

Elon Musk Kini Lebih Tajir dari Warren Buffett

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 11 Jul 2020 10:10 WIB
Vice President Mike Pence, his wife Karen, right, NASA administrator, Jim Bridenstine, center and CEO of SpaceX, Elon Musk, talk to the media after NASA astronauts Douglas Hurley and Robert Behnken left the Neil A. Armstrong Operations and Checkout Building on their way to Pad 39-A, at the Kennedy Space Center in Cape Canaveral, Fla., Wednesday, May 27, 2020. The two astronauts will fly on a SpaceX test flight to the International Space Station. For the first time in nearly a decade, astronauts will blast into orbit aboard an American rocket from American soil, a first for a private company. (AP Photo/John Raoux)
Foto: AP/John Raoux
Jakarta -

Bos Tesla, Elon Musk mencatatkan kenaikan jumlah kekayaan sebesar US$ 6,1 miliar. Ini terjadi setelah saham Tesla melesat 11%.

Mengutip Bloomberg, Sabtu (11/7/2020), dengan peningkatan ini otomatis pria yang dijuluki 'Iron Man' ini masuk dalam posisi ketujuh orang terkaya di dunia. Musk pun berhasil menyalip jumlah kekayaan Larry Ellison dan Sergey Brin.

Pria berusia 49 tahun ini memiliki seperlima saham Tesla yang beredar di pasar. Saat ini kekayaannya mencapai US$ 70,5 miliar atau setara Rp 1.022 triliun (kurs Rp 14.500/US$).

Sepanjang tahun ini, saham produsen mobil listrik Tesla naik sebanyak 269%. Kenaikan valuasi perusahaan juga membuat Musk mendapatkan gaji hingga US$ 595 juta pada awal tahun dan menjadikannya CEO dengan gaji tertinggi di AS.



Selain menyalip mantan CEO Microsoft Corp dan co-founder Google Larry Page dan Brin, Elon Musk juga berhasil menyalip jumlah harta Warren Buffett yang saat ini memiliki kekayaan sekitar US$ 68,6 miliar. Lalu orang terkaya India Mukesh Ambani juga berhasil menggeser posisi Oracle of Omaha.

Manajer keuangan digital di Galaxi Digital Holdings Ltd menyebutkan saat ini saham perusahaan teknologi memang sudah terlalu tinggi dan investor kecil juga harus cepat keluar dari pasar modal sebelum kembali jatuh.

"Kami saat ini sedang bergembira tiada tara, ini merupakan bubble," kata dia dalam sebuah wawancara televisi Bloomberg, dikutip dari Bloomberg.com, Sabtu (11/7/2020).

Padahal, saat ini menurutnya perekonomian sedang melambat akibat COVID-19 yang terjadi di seluruh dunia. "Namun teknologi menciptakan hal baru yang bernilai tinggi setiap harinya," katanya.




(kil/eds)

Hide Ads