Dunia Usaha 'Berdarah-darah' Karena Corona, Ini Buktinya

Dunia Usaha 'Berdarah-darah' Karena Corona, Ini Buktinya

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 14 Jul 2020 08:01 WIB
Produk tekstil impor dari China makin deras masuk ke Indonesia. Para pengusaha industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Jabar pun mengeluh karena terancam bangkrut.
Ilustrasi/Foto: Rico Bagus

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan bahwa pengusaha pabrik sepatu masih enggan membuka operasional pabrik. Hal ini membuat kinerja sektor industri alas kaki turun.

Alasan Eddy karena kekhawatiran penyebaran virus Corona. Salah satunya karena protokol kesehatan yang rumit, Eddy mengatakan kebanyakan pabrik memilih untuk tutup.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang ini kita kebanyakan tak bisa bekerja karena pabrik kita ini prosedural protokol kesehatan ini rumit sekali. Jadi mau tidak mau kebanyakan pabrik saat PSBB yang lebih baik tutup daripada diperiksa ini itu, dan kita juga takut, karena COVID aja sih masalahnya," kata Eddy kepada detikcom, Senin (13/7/2020).

Dia menjelaskan banyak pabrik yang mesti mengatur ulang pekerja dan alatnya untuk mengikuti protokol kesehatan. Mungkin pengaturan ulang ini bisa dilakukan pabrik besar, tapi menurutnya pengaturan ini membebani pabrik yang kecil. Oleh karena itu banyak pabrik kecil yang terpaksa tutup karena tidak bisa melakukan pengaturan ulang.

ADVERTISEMENT

"Jadi gini, pabrik sepatu itu urutannya kan banyak harus ada disinfektan, hand sanitizer, kerja harus 1 meter. Nah pabrik kita ini disusun mesin jahitnya aja nggak 1 meter, maka harus diatur pekerjanya selang-seling. Kemudian kita harus rapid test lah harus dites ini itu lah," ungkap Eddy.

"Untuk industri menengah ke bawah itu jadi nggak mampu ngikutin. Belum lagi Pemda periksa ini periksa itu," katanya.


(kil/ara)

Hide Ads