Resesi Adalah Ancaman Nyata Bagi Ekonomi RI, Apa Artinya?

Resesi Adalah Ancaman Nyata Bagi Ekonomi RI, Apa Artinya?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Sabtu, 18 Jul 2020 13:30 WIB
resesi ekonomi
Foto: Luthfy Syahban/Tim Infografis
Jakarta -

Perekonomian dunia berada di ambang ketidakpastian akibat pandemi virus Corona (COVID-19). Begitu juga dengan perekonomian Indonesia yang diprediksi kuat pada kuartal II-2020 ini mengalami kontraksi. Belum lagi isu resesi yang berada di depan mata, melihat negara tetangga Singapura sudah menelan pil pahit akibat pandemi.

Bahkan, dalam peluncuran laporan Bank Dunia untuk ekonomi Indonesia edisi Juli 2020, tak ada jaminan bagi ekonomi Indonesia terbebas dari resesi. Ekonomi Indonesia bisa mengalami resesi jika infeksi COVID-19 terus bertambah banyak. Terlebih lagi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa kali mengingatkan para menterinya soal ancaman tersebut. Nah, sebenarnya apa sih arti dari resesi itu?

Resesi adalah kondisi ketika produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Hal itu juga pernah dijelaskan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Technically kalau 2 kuartal berturut-turut negatif memang resesi. Kan itu definisi resesi memang bahwa pertumbuhan ekonomi 2 kuartal berturut-turut negatif. Itu berarti ekonomi mengalami resesi," kata dia dalam konferensi pers virtual APBN KiTa pada 16 Juni 2020 lalu.

Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menjelaskan, resesi dapat dilihat masyarakat dari beberapa tanda, antara lain pendapatan yang menurun, kemiskinan bertambah, penjualan khususnya motor dan mobil anjlok, dan sebagainya.

ADVERTISEMENT

"Misalnya mulai triwulan III-2020I, kalau pasar kebutuhan pokok saya kira tidak ada perubahan. Tapi kalau mal-mal masih sepi ya itu menunjukkan resesi. Jadi masyarakat terlihat jelas mulai banyak yang kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya," kata Tauhid kepada detikcom, Sabtu (18/7/2020).

Bagi perbankan, bukti resesi adalah meningkatnya angka kredit macet alias non performing loan (NPL).

"NPL mulai bergerak naik. Kemarin saja sudah mulai ke 2,8% secara umum. Tapi ini belum yang restrukturisasi di bulan Mei yang saya lihat di BI itu batasnya 3,9%, kita harus lihat lagi Juni-Juli ini naiknya berapa besar?" jelas Tauhid.

Sementara, di Pemerintah bukti resesi juga dapat dilihat dengan meningkatnya angka utang luar negeri. "Pemerintah ditunjukkan oleh jumlah utang yang semakin banyak. Jumlah utang mendadak, tambahannya tahu-tahu besar sekali," papar Tauhid.




(fdl/fdl)

Hide Ads