Realisasi investasi di Indonesia dirasa mustahil menyentuh target di tengah pandemi COVID-19. Apalagi merebaknya virus Corona membuat banyak negara, termasuk penyumbang terbesar aliran modal ke dalam negeri yang terancam mengalami resesi. Bahkan beberapa negara sudah mengalaminya.
Menurut Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, ketika negara-negara investor terancam resesi, mereka akan memprioritaskan sumber dayanya untuk melakukan pemulihan.
"Jadi ketika negara-negara investor utama kita resesi otomatis mereka akan lebih memprioritaskan bagaimana mengembalikan situasi perekonomian domestiknya," kata dia saat dihubungi detikcom, Senin (20/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, di tengah pandemi juga tidak mudah bagi pemerintah memberikan stimulus-stimulus tambahan pada investor. Sebab saat ini pemerintah sudah jor-joran memberikan stimulus untuk menopang perekonomian domestik.
Investor pun dinilainya pasti mengkalkulasi ulang rencana investasinya. Mereka akan menimbang untung ruginya. Sebab pandemi COVID-19 membuat tingkat permintaan atau demand di pasar terganggu, baik di dalam negeri maupun tingkat global.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal pun sependapat bahwa investasi dipastikan akan terkontraksi di tengah pandemi COVID-19.
"Sudah pasti, karena semuanya kan kena masalah likuiditas yang itu disebabkan karena demand shock. Jadi kalau ada lemahnya permintaan, semua aktivitas usaha ini pasti akan turun prospek bisnisnya," ujarnya.
Menurutnya ketidakpastian akibat wabah Corona membuat investor ragu untuk mengucurkan modalnya.
"Kalau prospek bisnis turun otomatis orang kan akan ragu berinvestasi kan. Sekarang orang berinvestasi kan kalau dia yakin bahwa prospek bisnisnya bagus. Kalau prospek bisnis seperti sekarang hampir di semua sektor itu pasti akan turun," tambahnya.
(toy/eds)