Uni Eropa Siapkan Rp 12.000 T Pulihkan Ekonomi Imbas Corona

Uni Eropa Siapkan Rp 12.000 T Pulihkan Ekonomi Imbas Corona

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 20 Jul 2020 10:41 WIB
Uni eropa
Foto: Istimewa
Jakarta -

Para pemimpin Uni Eropa yang sedang berjuang melawan ancaman resesi akibat virus Corona dinilai perlu menyepakati bantuan ekonomi baru senilai ratusan miliar dolar. Namun masalahnya, keseluruhan paket pemulihan mulai dari pinjaman yang ditawarkan hingga syarat-syarat bantuan masih perlu dituntaskan.

Dilansir CNN, Senin (20/7/2020), para petinggi Eropa bertemu Jumat dan Sabtu di Brussels, Belgia untuk pertemuan pertama mereka secara langsung sejak krisis Corona dimulai. Ini adalah pertemuan besar pertama para pemimpin dunia sejak pandemi.

Salah satu yang dibahas dalam pertemuan adalah proposal yang diajukan oleh Komisi Eropa pada bulan Mei. Rencana itu akan meningkatkan dana penyelamatan senilai 750 miliar euro atau setara Rp 12.525 triliun (kurs Rp 16.700) di samping anggaran reguler untuk 2021-2027. Dua pertiga dari dana pemulihan akan didistribusikan ke negara-negara melalui hibah, sedangkan sisanya akan ditawarkan sebagai pinjaman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika para pemimpin tidak setuju, ada risiko bahwa pemulihan ekonomi dapat terjadi pada dua kecepatan. Negara-negara Eropa Utara yang lebih kaya dinilai bisa pulih lebih cepat daripada Italia dan Spanyol yang terpukul keras. Hal itu bisa membuat ketegangan politik yang diperingatkan oleh beberapa ahli bisa mengancam Uni Eropa.

Tawaran kompromi diajukan pekan lalu oleh Presiden Dewan Eropa, Charles Michel untuk menenangkan kelompok negara yang dikenal sebagai 'Frugal Four' yakni Austria, Belanda, Swedia, dan Denmark. Negara-negara itu menentang gagasan pemberian hibah dan sekarang menginginkan persyaratan yang ketat melekat padanya.

ADVERTISEMENT

Di bawah rencana Michael, pinjaman akan dibayar kembali mulai tahun 2026. Denmark, Jerman, Belanda, Austria, dan Swedia akan mempertahankan potongan yang ada atas kontribusi anggaran Uni Eropa selama tujuh tahun ke depan.

Presiden Bank Sentral Eropa, Christine Lagarde mengatakan sikap fiskal yang ambisius dan terkoordinasi sangat penting dan harus dilakukan dengan cepat. Jika tidak, ekonomi Uni Eropa diperkirakan menyusut 8,3% pada 2020. Jauh lebih buruk daripada penurunan 7,4% yang diprediksi dua bulan lalu.

Oposisi utama sekarang datang dari Belanda, yang menginginkan negara-negara penerima dana pemulihan berkomitmen untuk merombak ekonomi mereka.

"Jika kemudian pinjaman harus dikonversi ke tingkat tertentu menjadi hibah, maka reformasi bahkan lebih penting, dan jaminan mutlak bahwa mereka telah terjadi," kata Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte.

Dia memperkirakan kemungkinan mendapatkan persetujuan tentang dana pemulihan pada hari Minggu kurang dari 50%. "Tapi mari kita berharap, kamu tidak pernah tahu," tuturnya.




(ara/ara)

Hide Ads