Tertekan Corona, Masih Banyak Hotel 'Hantu' di Bali

Tertekan Corona, Masih Banyak Hotel 'Hantu' di Bali

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 20 Jul 2020 11:45 WIB
Sejak ditetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB), perhotelan di Solo ditutup. Namun, mulai 7 Juni 2020, aktivitas mulai menerapkan new normal.
Foto: Agung Mardika
Jakarta -

Industri perhotelan masih belum pulih dari hantaman pandemi Corona. Pengusaha hotel mengatakan saat ini okupansi kamar hotel di Indonesia rata-rata 1-15%. Artinya hotel-hotel masih banyak yang kosong alias 'siluman'.

Bahkan, menurut Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani hotel di Bali yang notabenenya merupakan destinasi unggulan pariwisata nasional ada yang okupansinya cuma 1%.

"Kalau sekarang ini okupansi kita antara 1-15%. Ini paling parah Bali, sampai ada yang cuma 1%, memang berat," kata Haryadi kepada detikcom, Senin (20/7/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Haryadi mengatakan saat ini apabila beberapa destinasi wisata mulai dibuka bisa menggerakkan pemesanan hotel. Namun, dia mengaku masih pesimis hal itu bisa memulihkan industri hotel.

Pasalnya banyak kebijakan daerah yang masih protektif soal pembukaan pariwisata karena kekhawatiran penyebaran Corona. "Aturan daerah mesti hati-hati kan, masih banyak yang buka tutup. Ini menghambat laju pemulihan. Meski begitu ya kami paham sih memang kan bahaya," ujar Haryadi.

ADVERTISEMENT

Soal peningkatan okupansi, pihaknya berharap bisa mengandalkan pemesanan kamar hotel dari perjalanan dinas PNS yang sudah diizinkan kembali. Pasalnya, 25% pangsa pasar hotel adalah pesanan dari pemerintah.

Selain itu, dia juga berharap beberapa daerah yang sudah jadi zona hijau penyebaran COVID-19 bisa membuka pariwisatanya. Apabila suatu daerah jadi zona hijau, menurutnya bisa mendorong pergerakan orang untuk berwisata dan menggenjot pemesanan hotel.

"Makin banyak yang hijau otomatis kan pergerakan masyarakat tinggi. Kalau bergerak tinggi ya bisnis kita makin baik, masalahnya kalau bicara hotel kan bicara pergerakan manusia," kata Haryadi.




(fdl/fdl)

Hide Ads