Harga saham perusahaan Snap Inc pemilik produk Snapchat anjlok lebih dari 11%. Perusahaan melaporkan kerugian bersih meningkat menjadi US$ 326 juta setara Rp 4,7 triliun (kurs Rp 14.600), naik hampir 28% dari US$ 255 juta (Rp 3,7 juta) tahun lalu. Meskipun pengguna melonjak 4% jadi 238 juta pengguna dibandingkan April lalu.
Menurut perusahaan naiknya kerugian akibat tingginya kerugian dari investasi jangka panjang yang dibangun dengan beberapa mitra periklanan. Selain itu biaya bunga yang lebih tinggi pada uang kertas konversi dan keuntungan perusahaan yang dirasakan hanya satu kali sejak tahun lalu.
Dikutip dari CNBC, Rabu (22/7/2020) perusahaan melaporkan catatan laba kuartal-II Selasa kemarin. Dalam laporan tersebut perusahaan mengalami lonjakan pengguna. Angkanya naik 4% dari 229 juta pengguna pada April lalu jadi 238 juta pengguna. Angka ini naik 17% dibandingkan tahun lalu dari 203 juta pengguna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat peningkatan dalam penggunaan Kepala Eksekutif Keuangan Derek Andersen mengatakan peningkatan ini meluas akibat banyak orang yang kini terpaksa berdiam diri di rumah. Mereka harus tetap menjalin interaksi meskipun virtual kepada rekan kerja, keluarga serta membutuhkan hiburan.
"Peningkatan ini disebabkan ketika orang berusaha untuk tetap terhubung dan dihibur dari rumah, kami mengamati peningkatan pengguna aktif harian dan dibandingkan dengan perkiraan awal kami," kata Andersen.
Peningkatan pengguna sejauh ini di kuartal-III menguntungkan perusahaan, pasalnya permintaan periklanan ikut naik. Pendapatan Snap naik 32% dari tahun sebelumnya. Namun perusahaan tetap berharap peftumbuhan di sisa kuartal III bisa bertumbuh 20%.
"Permintaan periklanan di kuartal-III secara historis didukung oleh faktor-faktor yang sulit terprediksi dari cara tahun-tahun sebelumnya. Perusahaan masih sulit juga memprediksi bagaimana meningkatkan bisnis perusahaan di sisa kuartal III ke depan," jelas Andersen.
(fdl/fdl)