Waspada Ya, Singapura dan Korsel Sudah Resesi!

Waspada Ya, Singapura dan Korsel Sudah Resesi!

Anisa Indraini - detikFinance
Jumat, 24 Jul 2020 17:00 WIB
Poster
Ilustrasi resesi/Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Dua negara di Asia yakni Singapura dan Korea Selatan sudah mengumumkan resesi ekonomi. Hal ini karena tekanan pandemi COVID-19 yang sangat besar di dunia.

Paling terbaru adalah negara KPop yang ekonominya merosot hingga ke titik -3,3% pada kuartal II dan -1,3% pada kuartal I 2020.

Indonesia juga disebut berpotensi masuk jurang resesi. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 yang rendah dan pertumbuhan ekonomi kuartal II yang diproyeksi minus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bayang-bayang resesi memang semakin nyata. Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad memproyeksi pada kuartal II perekonomian Indonesia akan minus 3,26% hingga minus 3,88%.

Kemudian pada kuartal III sudah mulai mengalami perbaikan meski masih negatif yakni di kisaran minus 1,3% hingga minus 1,75%.

ADVERTISEMENT

"(Indonesia) sudah masuk wilayah resesi di triwulan III-2020 karena persoalan ekonomi domestik kita berat di dalam negerinya ketimbang faktor luarnya. Kalau kuartal ke kuartal memang akan ada perbaikan dari kondisi triwulan ke II," ucapnya kepada detikcom.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal. Indonesia diyakini bakal masuk ke jurang resesi tetapi kontraksinya tidak akan sedalam Singapura dan Korea Selatan (Korsel).

"Dua negara tersebut memang dia lebih bergantung pada perekonomian internasional sehingga begitu sekarang dunia sedang mengalami tekanan hebat mereka dengan gampang mengalami kontraksi. Indonesia agak sedikit berbeda karena ketergantungan kita terhadap perdagangan dunia tidak sebesar mereka sehingga dampak dari global ke ekonomi kita tidak sedalam Korsel maupun Singapura," ucapnya.

Langsung klik halaman selanjutnya.

Meskipun terlihat ngeri, masyarakat diminta jangan panik. Faisal mengatakan jangan panik saat menghadapi ancaman resesi. Sebab itu malah akan menghantam ekonomi lebih keras.

"Seringkali resesi itu terjadi bukan hanya efek dari luar tapi juga efek secara psikologis masyarakat yang panik. Masyarakat itu merubah perilaku kesadarannya karena tidak bisa bergantung kepada pemerintah. Jadi masyarakat juga harus sadar, harus bisa lebih disiplin lagi untuk bisa menghindari resesi," kata Faisal.

Faisal mencontohkan kepanikan yang harus dihindari adalah mengambil uang di bank sekaligus. Jika masyarakat berbondong-bondong melakukan itu, efeknya akan berdampak buruk terhadap sektor keuangan.

"Kalau terjadi penarikan uang secara besar-besaran dari perbankan, ini tadi yang resesi atau tekanan krisisnya yang masih di sektor riil ini berpindah ke sektor keuangan. Sekarang sektor riilnya terpukul tapi sektor keuangan masih relatif sehat. Tapi kalau kemudian uangnya diambil bukan untuk dibelanjakan, tapi takut jadi disimpan di rumah, ini sektor keuangan bisa collapse," ucapnya.


Hide Ads