Direktur Digital Business PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) Muhammad Fajrin Rasyid sudah menyiapkan strategi untuk menggali potensi bisnis digital di badan usaha milik negara (BUMN) tersebut.
Salah satu yang dia tekankan adalah tidak boleh mudah tersinggung ketika aplikasi digital yang dikembangkan tidak disukai oleh konsumen meskipun fitur yang dikembangkan berlandaskan pada data-data.
"Ternyata datanya menunjukkan bahwa user dari aplikasi tersebut, customer merasa bahwa fitur A itu jelek. Nah kalau misalkan seperti itu, saya sendiri nggak boleh baper," kata dia saat wawancara dengan detikcom di Telkom Landmark Tower, Jakarta, Jumat (24/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika faktanya menunjukkan bahwa customer tidak suka dengan fitur tertentu maka tinggal dihilangkan saja. Setidaknya ada keinginan untuk terus berkembang.
"Kita mengambil keputusan berdasarkan data, baik itu data tersebut ternyata berlawanan dengan keinginan pribadi saya ya, ya saya nggak boleh baper lah, kasarnya gitu, dan lain-lain lah," ujarnya.
"Jadi jangan sampai kita kebanyakan mikir ya. Yang penting itu eksekusi. Kita coba bikin semacam pilot atau implementasi suatu ide. Dari situ kita melihat bagaimana sih hasilnya dan bagaimana kita bisa improve dari situ," sambung Fajrin.
Menurutnya Telkom sebelumnya lebih berurusan dengan kabel, tower dan semacamnya, sekarang berurusan dengan sesuatu yang berbau digital. Itu tentunya membutuhkan keahlian yang berbeda dan tantangannya ada di situ.
Tapi dia menjelaskan Telkom juga mempunyai program-program atau rencana-rencana untuk mengatasi hal di atas agar sumber daya manusia (SDM) di Telkom lebih melek digital (digital savy).
"Sebagai contoh kita juga mengembangkan program-program untuk mendukung bagaimana agar karyawan di Telkom itu bisa lebih digital savvy, jadi kita memiliki konsep yang kita sebut sebagai digital talent," ujarnya.