Resesi, Krisis dan Depresi Ekonomi, Apa Bedanya?

ADVERTISEMENT

Resesi, Krisis dan Depresi Ekonomi, Apa Bedanya?

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 05 Agu 2020 16:21 WIB
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam laporan Sidang Parupurna DPRD menyebut pertumbuhan ekonomi di provinsi yang dipimpinnya pada 2014 mencapai 5,95%. Namun, inflasinya juga tinggi, mencapai 8,95%.
Ilustrasi/Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 berada di zona negatif yakni -5,32%. Capaian tersebut menjadi terendah sejak kuartal I-1999 yang minus 6,13%. Dengan capaian tersebut ada yang menilai ekonomi nasional masuk resesi teknikal.

Dalam perekonomian ada sejumlah istilah yang perlu dipahami agar tak salah mengerti, yaitu resesi, krisis, dan depresi. Semua itu memiliki arti yang berbeda-beda. Berdasarkan informasi yang dihimpun detikcom, Rabu (5/8/2020), resesi ekonomi terjadi ketika produk domestik bruto (PDB) atau pertumbuhan ekonomi suatu negara negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun.

Jadi jika ekonomi sebuah negara mengalami resesi, bisa juga dikatakan jatuh ke jurang resesi karena ini sesuatu yang mengkhawatirkan.

Sementara krisis ekonomi, mengutip CNN Indonesia adalah keadaan yang mengacu pada penurunan kondisi ekonomi drastis yang terjadi di sebuah negara. Penyebab krisis ekonomi adalah fundamental ekonomi yang rapuh antara lain tercermin dari laju inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang macet.

Penyebabnya juga dikarenakan beban utang luar negeri yang melimpah dan melebihi kemampuan bayar, investasi yang tidak efisien, defisit neraca pembayaran yang besar dan tidak terkontrol.

"Sementara Krisis ekonomi sendiri dipahami sebagai adanya shock pada sistem perekonomian di suatu negara yang menyebabkan adanya kontraksi pada instrumen perekonomian di negara tersebut, seperti nilai aset ataupun harga," kata Vice President Economist PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede.

Gejala krisis ekonomi biasanya didahului oleh penurunan kemampuan belanja pemerintah, jumlah pengangguran melebihi 50% dari jumlah tenaga kerja, penurunan konsumsi atau daya beli rendah, kenaikan harga bahan pokok yang tidak terbendung, penurunan pertumbuhan ekonomi yang berlangsung drastis dan tajam, dan penurunan nilai tukar yang tajam dan tidak terkontrol.

Berlanjut ke halaman berikutnya.



Simak Video "Jadi Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak Ingin Prioritaskan Perbaikan Ekonomi"
[Gambas:Video 20detik]

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT