Filipina jatuh ke jurang resesi untuk pertama kalinya sejak 29 tahun. Resesi atau pertumbuhan ekonomi terkontraksi dua kuartal berturut-turut terakhir kali dialami negara tersebut pada tahun 1981.
Badan Pusat Statistik Filipina atau Philippine Statistics Authority (PSA) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 minus 16,5% dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 (year on year/yoy). Lalu, pada kuartal sebelumnya negara ini mencatat kontraksi ekonomi minus 0,7%.
Kebijakan lockdown untuk menekan penyebaran virus Corona (COVID-19) sangat memukul permintaan domestik dan investasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ekonomi Filipina jatuh ke dalam resesi dibuktikan dengan hancurnya PDB di kuartal II-2020 yang menunjukkan dampak destruktif dari lockdown ketika perekonomian juga bergantung pada konsumsi," kata Ekonom Senior ING Nicholas Antonio Mapa seperti yang dilansir dari Reuters, Kamis (6/8/2020).
Baca juga: Ini Alasan Filipina Jatuh ke Jurang Resesi |
Padahal, Filipina merupakan salah satu negara yang tercepat di Asia dalam menumbuhkan perekonomiannya. Tetapi, ganasnya pandemi Corona membuat pemerintah merevisi target Produk Domestik Bruto (PDB) di tahun 2020, yang diperpirakan menyusut 5,5%. Penyusutan itu merupakan penurunan terbesar selama 35 tahun. Sebelumnya, pemerintah hanyalah merevisi penurunan PDB 2-3,4%.
Melihat kondisi yang belum membaik, pemerintah Filipina pun memperkirakan perekonomian baru pulih pada 2021-2022.
Namun, anjloknya perekonomian Filipina di kuartal II-2020 tak berpengaruh besar pada pasar saham negara tersebut. Pasar Saham PSI naik 1,2% setelah terus menunjukkan kinerja yang kurang baik sejak awal 2020. Sementara, mata uang peso sedikit menguat pada penutupan perdagangan Rabu (5/8) kemarin, ke 49,05 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dari 49,075.
(dna/dna)