Ekonomi Indonesia kuartal II-2020 mengalami kontraksi -5,23%. Angka itu menjadi pertumbuhan ekonomi terendah sejak tahun 1999.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad mengatakan pemerintah menjadi biang kerok atas pencapaian itu. Jika saja dari awal penyebaran virus Corona bisa dikendalikan, dia yakin kontraksi ekonomi tidak akan sedalam sekarang.
"Terus terang INDEF tidak menduga sampai -5,23% dan ini di luar dugaan. Pemerintah ternyata yang diharapkan jadi fungsi pemerintah menahan pertumbuhan minus ini tidak berjalan. Justru pemerintah ini menjadi sumber kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang negatif," kata Didik dalam webinar INDEF bertajuk 'Hadapi Resesi, Lindungi Rakyat', Kamis (6/8/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengingatkan pemerintah bahwa tidak akan bisa terbebas dari resesi walaupun mengeluarkan jurus kebijakan ekonomi, jika masalah pandeminya disepelekan. Kalau penanganan kesehatannya masih seperti ini, Tauhid yakin Indonesia akan masuk jurang resesi lebih dalam di kuartal III-2020.
"Kebijakan pandemi ini pemerintah itu sumber masalah. Di awal bulan Maret itu komunikasi pemerintah sangat buruk mengacaukan disiplin masyarakat dan sekarang masyarakat tidak disiplin karena dimulai dari pemerintah. Jadi pemerintah jangan bermimpi mengatasi resesi kalau kebijakan pandemi amburadul seperti sekarang," ucapnya.
"Mulai dari Wapres, Presiden sendiri 'mudik tidak boleh, pulang kampung boleh', itu adalah komunikasi yang terburuk yang pernah saya dengar dalam kebijakan publik. Kalau guyon di kalangan menteri naik pesawat nggak apa-apa kalau tidak ada media, tapi begitu ada media guyonan itu merusak komunikasi kebijakan dan kualitas komunikasi kebijakan menentukan hasilnya adalah seperti sekarang menembus 100.000 dan dalam waktu dekat akan 200.000 apabila kebijakannya seperti ini," tambahnya.
Tauhid pun menyamakan penanganan pandemi Indonesia dengan Filipina. Mulai dari kesamaan jumlah positifnya yang terus naik, hingga cara presiden dalam menangani pandemi.
"(Indonesia) sama buruknya dengan Filipina. Presiden marah-marah sama persis seperti Duterte (presiden Filipina) marah-marah mengancam petugas kesehatan. Jadi Filipina sama Indonesia ini sama. Sama-sama buruk, sama-sama tinggi, yang mati sama-sama banyak, sama-sama marah-marah," tuturnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listiyanto. Menurutnya, pemerintah harus mencontoh China dan Vietnam yang ekonominya sudah pulih karena telah mengendalikan pandemi terlebih dahulu.
"Strategi selamatkan rakyat terlebih dahulu adalah cara terbaik untuk bisa membuat ekonomi menjadi optimis," ucapnya.
(eds/eds)