Harga emas belakangan terus menyentuh rekor baru bahkan minggu ini sudah tembus US$ 2.000 per troy ounce. Momen ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah bersamaan dengan pandemi virus Corona (COVID-19).
Meski begitu, harga emas di pasar spot dinilai sulit untuk menembus US$ 3.000 per troy ounce. Kepala Ekonom Citigroup Inc, Catherine Mann memprediksi pergerakan emas hanya mencapai US$ 2.100 per ounce pada kuartal ini dan US$ 2.300 dalam enam hingga 12 bulan ke depan.
Dilansir dari CNBC, Minggu (9/8/2020), Mann menegaskan bahwa harga emas yang terus cetak rekor bukanlah awal dari ledakan inflasi. Meskipun ada stimulus bank sentral dan pertumbuhan kredit sektor swasta yang meningkat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teori moneter inflasi telah digantikan oleh teori tenaga kerja dan pasar produk mikro dan harga pasar risiko inflasi rendah. Jadi (kenaikan harga) emas tidak menunjukkan inflasi," kata Mann.
Baca juga: Akhir Pekan, Harga Emas Turun Ceban |
Reli emas juga dinilai bukan merupakan indikator bahwa dolar Amerika Serikat (AS) akan terdepresiasi. Faktanya, ketentuan besar Federal Reserve AS dalam pertukaran mata uang dengan negara lain memperkuat posisi dolar sebagai mata uang cadangan dunia.
"Tidak ada mata uang atau negara lain yang siap atau bersedia untuk mengambil peran dolar," ucapnya.
Intinya, para ekonom mengatakan reli emas didorong oleh pelonggaran moneter bank sentral yang telah mengakibatkan imbal hasil riil negatif. Hal itu saat pengembalian investor atas obligasi sama dengan atau di bawah tingkat inflasi.
Kepala Peneliti di Brewin Dolphin, Guy Foster setuju bahwa apa yang mendorong reli emas adalah hasil riil negatif. Ini menunjukkan ekspektasi pasar tentang inflasi akan relatif terhadap suku bunga berada.
Baca juga: 3 Fakta Harga Emas Masih Terus Cetak Rekor |
"Dan perdagangan di sini adalah mengatakan bahwa Federal Reserve dan bank sentral lainnya tidak akan dapat menaikkan suku bunga karena pengangguran yang tinggi, bahkan ketika inflasi mulai meningkat," ucap Foster.
Foster mengatakan sangat masuk akal untuk mengharapkan inflasi naik menjadi sekitar 3%, yang merupakan bagian terbaik dari hasil nyata minus 3% untuk investor.
"Dalam situasi itu, Anda mengharapkan emas untuk tampil sangat baik," tuturnya.
(zlf/zlf)