Jakarta -
Krisis ekonomi dampak dari virus Corona telah melanda negara-negara di kawasan Asia Tenggara alias Asean. Singapura dan Filipina sudah jadi korbannya, kedua negara ini telah masuk ke jurang resesi.
Menghadapi kelesuan ekonomi dan ancaman resesi, negara Asean mana yang ekonominya paling kuat?
Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan saat ini negara yang kemungkinan ekonominya masih mampu bertahan adalah Vietnam, bahkan ekonominya hingga kini masih positif. Keberhasilan penanganan Corona menurutnya menjadi nilai plus dari Vietnam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan penanganan virus yang cepat dan terencana dengan baik, kini pemulihan ekonomi Vietnam sudah mulai berjalan.
"Vietnam kemungkinan yang masih positif. Walaupun kondisi seperti sekarang, dia masih kuat karena dia lebih cepat hadapi wabahnya. Dia lebih serius menanganinya maka lebih cepat redanya, itu mempengaruhi sekali pemulihan ekonomi," ujar Faisal kepada detikcom, Minggu (9/8/2020).
Dia menjelaskan Vietnam memang masih bergantung dengan perdagangan internasional yang sedang lesu-lesunya karena kondisi global diterpa pandemi. Namun dengan penanganan dan pengendalian virus yang memadai, negara ini bisa mendorong kegiatan ekonomi dalam negeri sebagai bagian pemulihan ekonomi.
"Vietnam juga cukup banyak bertumpu pada perdagangan internasional, tapi dia domestic marketnya juga bagus, dengan penanganan wabah yang baik ekonominya sudah bisa berjalan," jelas Faisal.
Buka halaman selanjutnya>>>
Faisal juga mengatakan kemungkinan Singapura juga dinilai mampu bertahan, meskipun negara ini sudah masuk dalam jurang resesi. Setidaknya, bisa bertahan tidak makin merosot pertumbuhannya hingga akhir tahun.
Pasalnya, menurut Faisal, Singapura memiliki ketahanan ekonomi dari kemampuan fiskal pemerintahannya yang memadai. Otoritas setempat bisa menggelontorkan dana yang cukup untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
"Singapura, meskipun resesi dia ketahanan ekonominya bagus. Dia lebih kuat secara kemampuan fiskal, bisa dorong pemulihan ekonomi nasional untuk biayai rakyat yang terdampak. Mereka punya lebih banyak cash," ungkap Faisal.
"Karena dia kan tabungannya banyak, anggaran pemerintahnya banyak, bisa untuk redam krisis," ujarnya.
Sementara itu, menurut Kepala Departemen Ekonomi CSIS Yose Rizal Damuri, sebetulnya Indonesia memiliki modal besar sebagai negara yang kuat menghadapi krisis ekonomi dan ancaman resesi.
Pasalnya, konsumsi dalam negeri di Indonesia sangat besar pangsa pasarnya dibanding dengan perdagangan internasional. Yose menyayangkan, modal ini justru tidak bisa digunakan untuk mendorong perekonomian.
"Sebenarnya Indonesia ini yang kuat, resilient, yang seharusnya nggak parah banget. Karena domestic economy kita hampir 80%, sehingga harusnya bisa digunakan untuk dorong perekonomian kita," ujar Yose kepada detikcom.
Yose menyatakan modal besar ini belum bisa dimaksimalkan karena penanganan masalah kesehatan dan virus Corona yang masih belum memadai. Padahal, kalau virus sudah bisa ditangani dan dikendalikan, aktivitas ekonomi dalam negeri akan kembali bergairah.
"Harusnya kita nggak parah, cuma permasalahannya penanganan kesehatan belum memadai, anggaran ada tapi lama disalurkannya. Jadinya kegiatan perekonomian dalam negeri nggak bisa dimulai," kata Yose.
Simak Video "Video Prabowo: Anwar Ibrahim Sahabat Seluruh Rakyat Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]