Belum Diizinkan Beroperasi, Nasib Pemilik Bioskop Kian Miris

Belum Diizinkan Beroperasi, Nasib Pemilik Bioskop Kian Miris

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 10 Agu 2020 13:41 WIB
Ilustrasi bioskop
Ilustrasi/Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Jakarta -

Lima bulan sudah bioskop tak beroperasi akibat pandemi COVID-19. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan belum memberi izin untuk buka kembali. Masih tutupnya layar lebar di ibu kota membuat bioskop di daerah kena imbasnya karena tak mendapat suplai film.

"Nunggu Jakarta dibuka. Jakarta diizinin, baru disuplai film ke seluruh Indonesia," kata Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin saat dihubungi detikcom, Senin (10/8/2020).

Bioskop di daerah sendiri sudah mendapatkan izin beroperasi. Mereka pun mencoba beroperasi hanya dengan mengandalkan film-film lokal. Tapi hasilnya tak optimal dan hanya memberi napas sementara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Satu kan ada di Kendari. Kendari itu kan sudah dicoba tanggal 7 Juli tuh, tutup akhirnya kan. Baru buka lagi kemarin 2 hari ada film lokal tuh. Itu nggak lama juga umurnya tutup lagi nanti," sebutnya.

Menurutnya agar pengusaha bioskop dapat terus beroperasi butuh banyak suplai film yang terdiri dari produksi nasional maupun luar negeri.

ADVERTISEMENT

Pihaknya pun tidak diam saja. Dia mengatakan sudah berkoordinasi dengan Pemprov DKI Jakarta agar bioskop bisa beroperasi kembali. Dia mencatat bioskop sudah tutup sejak akhir Maret yang artinya sudah berjalan 5 bulan. Tak dapat disangkal itu membuat mereka rugi.

"Ya sudah pasti rugi lah, sudah rugi lah. Cuma kalau kita teriak rugi kan orang juga banyak yang rugi dari kita ya. Kita gentle saja lah, rugi sih pasti," sebutnya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Pihaknya pun tetap harus menanggung tagihan listrik yang nilainya tidaklah kecil meskipun bioskop tak beroperasi. Biaya abonemen yang harus ditanggung untuk satu bioskop sekitar Rp 10-15 juta. Jika listrik tak dibayar maka akan dicabut oleh PLN.

"Iya kalau nggak (dibayar) dicabut listriknya, bayarnya ratusan juta lagi pasang yang baru ya kan. Itu abonemennya saja tuh. Itu baru (bioskop) yang independen lho. Kalau yang XXI kan lebih gede lagi listriknya. Itu satu," ujarnya.

Belum lagi pihaknya harus tetap membayar pegawai meskipun tak mendapatkan pemasukan akibat tutupnya bioskop. Ditambah perawatan bioskop harus tetap dijalankan secara rutin.

"Kondisi fisik kita jaga karena biar bagaimanapun gitu kan harta kita, kita jaga dong memang kita harus rawat. Kita ada petugas cleaning service, petugas operator, proyektor mesti dihidupin setengah jam atau berapa, setiap hari dipanasin," jelas Djonny.

Namun untuk nilai kerugian seluruh bioskop di Indonesia selama tutup 5 bulan ini, dirinya tak bisa menyebutkan angkanya karena layar lebar merupakan bisnis yang sifatnya tertutup sehingga dapur keuangannya dirahasiakan oleh masing-masing pemiliknya.



Simak Video "Video: Menbud Fadli Zon Ungkap Indonesia Masih Kekurangan Layar Bioskop"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads