Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menepis sebutan dirinya sebagai sosok yang anti terhadap negara Jepang, utamanya dalam hal investasi asing di industri otomotif Indonesia.
"Jadi jangan teman-teman ada yang salah, Pak Luhut ini anti-Jepang. Nggak ada urusan saya anti-anti. Saya itu pihaknya bagaimana Indonesia itu tetap menjadi competitive," kata Luhut dalam rapat kerja nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang digelar secara virtual, Kamis (13/8//2020).
Menurut Luhut, sebutan itu tak sesuai jika melihat peredaran kendaraan bermotor di Indonesia yang didominasi produk Jepang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang kita punya mobil itu 92% atau lebih itu semua dari Jepang. Kita harus impor banyak crude oil gara-gara itu," tutur Luhut.
Baca juga: RS Tersohor AS Mau 'Buka Cabang' di Bali |
Luhut mengatakan, Indonesia bisa bekerja sama dengan negara mana pun khususnya untuk melancarkan proyek kendaraan listrik dalam negeri, dan menggantikan mobil berbahan bakar fosil.
Namun, dalam kerja sama yang diwujudkan melalui investasi asing itu, ia memastikan tak ada satu pun negara yang bisa mendikte Indonesia.
"Ya nggak bisa. Jangan ada suatu negara yang mendikte kita. Nggak perlu di Amerika, nggak perlu di China, nggak perlu di Jepang, kita semua berkawan dan membuat satu policy yang menguntungkan, itu bottom line-nya," ujarnya.
Terakhir, ia menegaskan, pemerintah hanya menunjukkan keseriusan dalam proyek kendaraan listrik ini, dengan negara mana pun yang berminat bekerja sama. Tak hanya investor asing, menurut Luhut pemerintah mengutamakan investor domestik jika ada yang mau berinvestasi di proyek kendaraan listrik ini.
"Jadi mobil listrik ini kita serius. Bayangkan di Jakarta sepeda motor itu suaranya ribut. Kemarin Grab sudah membuat sepeda motor listrik itu buatan dalam negeri. Jadi TKDN, buatan dalam negeri, pemerintah itu sangat membantu. Jadi teman-teman sekalian kalau membuat mobil hanya motornya, kan nggak ada rem, engine-nya, koplingnya, jadi sederhana. Tinggal lithium battery, insyaallah tahun 2024 sudah produksi di Indonesia," tutup Luhut.
(zlf/zlf)