Lebanon Dapat Bantuan Transportasi Udara hingga Listrik Gratis

Lebanon Dapat Bantuan Transportasi Udara hingga Listrik Gratis

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 14 Agu 2020 09:13 WIB
A soldier walks at the devastated site of the explosion in the port of Beirut, Lebanon, Thursday Aug.6, 2020. French President Emmanuel Macron came in Beirut to offer French support to Lebanon after the deadly port blast.(AP Photo/Thibault Camus, Pool)
Foto: AP Photo/Thibault Camus, Pool
Jakarta -

Maskapai penerbangan asal Dubai Emirates dan perusahaan energi asal Jerman, Siemens berencana memberikan bantuan untuk korban ledakan di Beirut, Lebanon. Bantuan itu berupa fasilitas transportasi pengiriman bantuan jalur udara hingga listrik gratis.

Emirates berjanji akan memfasilitasi sejumlah penerbangannya menjadi transportasi pengiriman bantuan. Akan ada 50 penerbangan yang didedikasikan untuk membawa bantuan ke Lebanon. Bantuan itu berupa makanan darurat, persediaan medis, dan barang lainnya.

"Dunia kini bersatu untuk dalam solidaritas kepada Lebanon untuk memberikan dukungan bagi korban ledakan," kata CEO Emirates Sheikh Ahmed bin Saeed l Maktoum, dikutip dari CNN, Jumat (14/8/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan Siemens akan memberikan menyediakan dua turbin tenaga listrik untuk 150 ribu orang atau sekitar 10% dari populasi Beirut. Turbin itu diperkirakan dapat digunakan dalam 2 minggu ke depan. Siemens berencana menyediakan listrik secara gratis selama satu tahun.

Rencana itu disampaikan langsung oleh CEO Siemens Joe Kaeser dan Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas. Selain listrik Siemes juga memberikan fasilitas ultrasound dan unit sinar-X untuk rumah sakit di Lebanon.

ADVERTISEMENT

"Kami ingin memberikan dukungan yang cepat dan terfokus untuk membantu meringankan penderitaan masyarakat. Sistem medis dan tenaga listrik sangat penting di sini, dan Siemens dapat memasok keduanya," ujar Kaeser.

Perlu diingat, pekan lalu wilayah Beirut di kota Lebanon terjadi ledakan yang membuat ratusan orang meninggal dan ribuan mengalami luka-luka. Sejak saat itu keadaan ekonomi Lebanon semakin krisis.

Sejak tahun lalu ekonomi Lebanon telah dilanda krisis, lalu diperparah dengan adanya COVID-19. Bank Dunia memproyeksikan 45% orang di Lebanon akan berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2020. Hal itu didorong dari kerusakan sistem perbankan negara dan melonjaknya inflasi. Sejak saat itu juga protes massal atas krisis ekonomi Lebanon telah berlangsung.

Kini negara-negara Eropa telah mengirimkan bantuan untuk Lebanon dalam mengatasi dampak ledakan tersebut. Bank Central Lebanon bahkan berencana memberikan pinjaman tanpa bunga yang dapat dilunasi selama lima tahun ke depan sehingga bisnis dan kota dapat dibangun kembali.




(fdl/fdl)

Hide Ads