Thailand Jatuh ke Jurang Resesi Meski Corona Terkendali

Thailand Jatuh ke Jurang Resesi Meski Corona Terkendali

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 18 Agu 2020 17:17 WIB
Pariwisata Thailand
Ilustrasi/Foto: (AFP)
Jakarta -

Keberhasilan Thailand dalam mengatasi dan mengendalikan penyebaran virus Corona dinilai tidak banyak membantu ekonominya. Ekonomi Thailand bisa menjadi salah satu yang paling lambat di Asia tahun ini.

Pandemi virus Corona menyebabkan anjloknya kunjungan wisatawan yang menjadi tumpuan ekonomi Thailand. Ekonomi Thailand mengalami kontraksi terdalam sejak krisis 1998.

Dilansir CNBC, Selasa (18/8/2020) perekonomian Asia Tenggara telah menyusut sebesar 12,2% secara tahunan di kuartal II-2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perekonomian Thailand sampai saat ini sangat bergantung pada pariwisata untuk bertumbuh. Tetapi kedatangan turis asing hampir berhenti total dan sepertinya tidak akan segera pulih secara cepat.

Apalagi pemerintah setempat dilaporkan tak memiliki rencana untuk membuka perbatasannya bagi pelancong dari negara-negara tertentu demi meneruskan keberhasilannya dalam menekan virus Corona.

ADVERTISEMENT

"Meskipun virus dapat dikendalikan dengan cepat, dengan pariwisata akan tetap menjadi hambatan besar pada pertumbuhan, prospek ekonomi Thailand tetap menjadi salah satu yang terburuk di kawasan ini," ujar Alex Holmes, ekonom Asia di konsultan Capital Economics.

Holmes mencatat bahwa Thailand telah melewati 80 hari tanpa satu kasus penularan Corona. Tetapi dia tetap memperkirakan kontraksi tahunan sebesar minus 9% dalam perekonomian Thailand tahun ini.

Hingga Senin, Thailand telah melaporkan lebih dari 3.300 kasus virus Corona yang dikonfirmasi, dengan kematian 58 orang.

Selain keruntuhan industri pariwisata, mesin pertumbuhan Thailand lainnya, yaitu perdagangan juga melemah dan tak bisa diharapkan. Barnabas Gan, ekonom Singapore United Overseas Bank memperkirakan ekonomi Thailand menyusut 7,5% tahun ini, lebih buruk dari proyeksi sebelumnya kontraksi 5,4%.

"Pariwisata dan perdagangan telah lesu, setidaknya di paruh pertama tahun 2020. Itu sebenarnya bisa bertahan hingga sisa tahun ini," kata Gan.




(ara/ara)

Hide Ads