Konsumsi dan Investasi Jadi Kunci Selamatkan RI dari Resesi

Konsumsi dan Investasi Jadi Kunci Selamatkan RI dari Resesi

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 25 Agu 2020 16:10 WIB
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung perkantoran di Jakarta, Kamis, (7/5/2015). Tren perlambatan ekonomi yang terjadi sejak beberapa tahun lalu, masih berlangsung sampai dengan sekarang. Pada kuartal I-2015, ekonomi hanya mampu tumbuh 4,7%. Pada kuartal I-2015, ekonomi Indonesia hanya mampu tumbuh 4,7% (year on year). Kondisi ini disebutkan sebagai bagian dari tren perlambatan. Pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki tugas berat untuk mengembalikan kepercayaan investor. Karena hasil pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan di kuartal I-2015, dengan capaian 4,7%. Rengga Sancaya/Detikcom.
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Perekonomian Indonesia berpotensi menyusul tetangganya ke jurang resesi setelah Kementerian Keuangan mengumumkan prediksi pada kuartal III-2020 berada di kisaran minus 2% hingga 0%. Bahkan secara keseluruhan tahun 2020, ekonomi nasional berada di level minus 1,1% hingga positif 0,2%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan setidaknya ada dua kunci yang bisa menyelamatkan ekonomi tanah air dari jurang resesi, yaitu konsumsi rumah tangga dan investasi.

"Kunci utamanya, konsumsi dan investasi," kata Sri Mulyani dalam konferensi APBN KiTa, Jakarta, Selasa (25/8/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Guna mendorong laju konsumsi rumah tangga, Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah akan mempercepat penyerapan belanja pemerintah. Dia mengaku akselerasi penyerapan belanja pemerintah juga akan berdampak pada perekonomian di kuartal III-2020.

"Pemerintah akan terus memonitor dan meningkatkan kinerja dari belanja terutama yang berhubungan dengan pemulihan ekonomi sehingga trend untuk pemulihan ekonomi bulan Juli bisa semakin distabilkan dan dibuat jauh lebih bertahan dan positif sehingga kita betul-betul bisa memulihkan ekonomi pada Kuartal ketiga dan selanjutnya," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah menginstruksikan kepada beberapa menteri ekonominya untuk fokus terhadap tingkat konsumsi rumah tangga dan investasi.

"Jadi tetap bahwa outlook kita tergantung pada pemulihan di sektor konsumsi dari demand side, yakni konsumsi dan investasi. Pemerintah akan gunakan instrumen untuk kembalikan confidence itu dan langkah-langkah di investasi maupun pemulihan konsumsinya," ungkapnya.

Pemerintah sendiri sudah menganggarkan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebesar Rp 695,2 triliun. Hingga 19 Agustus 2020, pencairan program ini mencapai Rp 174,79 triliun atau 25,1% dari total anggaran.

Realisasi program PEN yang sudah terealisasi Rp 174,79 triliun ini jika dilihat secara rinci sebagai berikut, klaster kesehatan Rp 7,36 triliun atau 13,98% dari total anggaran Rp 87,55 triliun, klaster perlindungan sosial Rp 93,18 triliun atau 49,7% dari total Rp 203,91 triliun, klaster sektoral K/L dan Pemda Rp 17,23 triliun atau 13,1% dari total Rp 106,05 triliun.

Sementara klaster insentif usaha baru Rp 17,23 triliun atau Rp 14,3% dari total Rp 120,61 triliun, klaster dukungan UMKM sudah mencapai Rp 44,63 triliun atau 37,2% dari total Rp 123,47 triliun, klaster pembiayaan korporasi masih nihil dari total anggaran Rp 53,57 triliun.

Resesi ekonomi terjadi ketika sebuah negara mengalami kontraksi atau ekonominya minus selama dua kuartal berturut-turut. Nah, ekonomi Indonesia sendiri sudah minus 5,3% di kuartal II-2020.

Sementara di kuartal I-2020 masih positif 2,97% jadi Indonesia belum masuk resesi. Jadi jika di kuartal III-2020 ekonomi kembali negatif, bisa dipastikan Indonesia resesi.




(hek/eds)

Hide Ads