RI Deflasi 2 Bulan Berturut-turut, Sri Mulyani: Permintaan Lemah

RI Deflasi 2 Bulan Berturut-turut, Sri Mulyani: Permintaan Lemah

Vadhia Lidyana - detikFinance
Selasa, 01 Sep 2020 14:40 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) didampingi Wamenkeu Suahasil Nazara (kanan) mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi XI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (26/8/2020). Raker tersebut membahas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan pada APBN 2019. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.
Foto: ANTARAFOTO/PUSPA PERWITASARI
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati merespons pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) terjadinya deflasi selama dua bulan berturut-turut, yaitu sebesar 0,10% pada Juli dan 0,05% pada Agustus 2020. Ia pun membeberkan penyebab dari deflasi dua bulan berturut-turut.

"Ini kan deflasi yang diidentifikasikan dengan lemahnya dari sisi permintaan. Permintaan itu kan asalnya dari rumah tangga, masyarakat melalui konsumsi, melalui pemerintah dalam hal ini belanja pemerintah, dan dari investasi, perusahaan-perusahaan maupun dari ekspor," terang Sri Mulyani usai menghadiri rapat paripurna di gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (1/9/2020).

Dari sisi konsumsi masyarakat, menurutnya yang mempunyai porsi terbesar adalah masyarakat kelas menengah ke atas. Namun, kelompok ini masih menahan belanjanya karena bergantung pada kepercayaan penanganan virus Corona (COVID-19) di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Daya beli yang terbesar dari konsumsi itu berasal dari kelompok menengah ke atas, yang mungkin dalam hal ini sangat tergantung kepercayaan terhadap COVID-19 ini. Karena walaupun mobilitas masyarakat sudah mulai naik, namun belum diterjemahkan dalam bentuk belanja yang meningkat," jelas dia.

Dari sisi investasi, ia menilai permintaannya memang masih turun melihat pertumbuhan kredit yang juga belum membaik di perbankan.

ADVERTISEMENT

"Ini kan kalau kuta lihat kredit gross kita sekarang turun menjadi hanya sekitar 1,45%. Jadi memang ini permintaan dari sisi investasi juga akan menurun. Oleh karena itu kita berharap restrukturisasi dari berbagai pinjaman perusahaan-perusahaan di lembaga keuangan bisa mulai memulihkan kembali kegiatan-kegiatan pinjaman yang kemudian berujung pada kegiatan investasi," imbuh Sri Mulyani.

Sementara itu, dari sisi belanja pemerintah menurutnya sudah diupayakan dengan berbagai langkah untuk mengakselerasi. Sehingga, ia meyakini belanja pemerintah akan membaik di bulan ini.

"Pemerintah kan sudah melakukan dan terus melakukan akselerasi belanjanya. Bulan ini kita perkirakan akan lebih baik meskipun tingkatnya tidak sebesar yang mungkin masih kita perkirakan, yaitu supaya bisa tumbuh positif dari belanja pemerintah," tandas dia.




(eds/eds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads