Ekonomi global di 2020 diprediksi mengalami kontraksi atau minus 4,9%. Hal itu diungkapkan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam rapat kerja (Raker) dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI.
"Secara keseluruhan kami juga melihat kalau tahun ini diperkirakan kontraksi sekitar 4,9% pada tahun 2020," ungkap Perry, Selasa (1/9/2020).
Proyeksi itu tak lain diakibatkan oleh pandemi virus Corona (COVID-19) yang menekan seluruh aktivitas perekonomian. Perry juga menyinggung soal tingkat inflasi yang rendah, bahkan Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Agustus minus 0,05% atau deflasi 0,05%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini diakibatkan oleh lemahnya daya beli masyarakat di tengah pandemi.
"Selanjutnya kalau berkaitan inflasi juga rendah. Bahkan pada Agustus tadi BPS melaporkan terjadi deflasi, dan inflasi year on year juga rendah 1,3%," imbuh dia.
Baca juga: BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,8% di 2021 |
Sementara, posisi stabil inflasi Indonesia berada pada kisaran 3%. Oleh sebab itu, BI memproyeksi tingkat inflasi tahun 2020 masih rendah.
"Sehingga kami meyakini 2020 ini inflasi akhir tahun akan di bawah batas bawah kisaran sasaran inflasi yaitu sekitar di bawah 2%," tuturnya.
Meski begitu, melihat adanya kemungkinan perbaikan ekonomi global pada tahun 2021, dan berbagai stimulus yang sudah direalisasikan pemerintah, serta target implementasi Rancangan Undang-undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja, BI memproyeksi ekonomi Indonesia tahun depan bisa tumbuh positif.
"Secara keseluruhan kami berpandangan bahwa kisaran asumsi pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi dalam penyusunan APBN 2021 antara 4,5-5,5% kami melihat itu cukup realistis, dan juga sejalan dengan perkiraan BI kami memperkirakan tahun depan di kisaran 4,8-5,8%," tutup dia.
(eds/eds)