PR Besar Pengganti Abe: Pulihkan Lapangan Kerja

PR Besar Pengganti Abe: Pulihkan Lapangan Kerja

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 01 Sep 2020 22:30 WIB
People wearing face masks walk by an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Monday, Aug. 3, 2020. Asian shares were mixed on Monday, as investors watched surging numbers of new coronavirus cases in the region, including in Japan. (AP Photo/Koji Sasahara)
Ilustrasi/Foto: AP/Koji Sasahara
Jakarta -

Siapapun yang menggantikan Shinzo Abe sebagai Perdana Menteri Jepang mendapatkan pekerjaan rumah yang besar, yaitu memperbaiki lapangan kerja yang berkurang drastis karena pandemi Corona. Mengutip Reuters, Selasa (1/9/2020) ketersediaan pekerjaan turun ke level terendah selama lebih dari enam tahun.

Hampir 2 juta orang kehilangan pekerjaan di bulan Juli, atau sekitar 410.000 lebih banyak dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.

Yang paling terpukul adalah pekerja tidak tetap, yang merupakan hampir 40% dari angkatan kerja Jepang. Jumlahnya terkonsentrasi di industri seperti hotel, restoran, dan hiburan. Jumlah total pekerja aktif di Jepang sementara turun 1,31 juta pada Juli, penurunan terbesar dalam 6 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami melihat lebih banyak pekerja non-permanen yang kehilangan pekerjaan, terutama di industri yang rentan terhadap pandemi," kata Shinya Kodera, ekonom di Mizuho Research Institute.

Di sisi lain, pandemi pun mulai mempengaruhi perekrutan lulusan universitas di Jepang. Para analis mengatakan kondisi telah berubah tajam menjadi lebih buruk karena perusahaan menghadapi tekanan untuk memangkas biaya tenaga kerja.

ADVERTISEMENT

"Di Jepang, pekerja tidak dapat di-PHK dengan mudah bahkan ketika ekonomi memburuk. Jadi, perusahaan akan membuat penyesuaian dalam perekrutan lulusan," kata Taro Saito, peneliti eksekutif di NLI Research Institute.

Kehilangan pekerjaan dapat melonjak ketika subsidi pemerintah kepada perusahaan yang menahan karyawan di bawah cuti berakhir pada Desember. Nobuyuki Sato, yang memiliki hotel di Yamagata, timur laut Jepang, menambahkan subsidi telah membantunya mempertahankan pekerjanya, bahkan ketika hotelnya ditutup.

"Saya berharap pemerintah akan memperpanjang subsidi untuk satu tahun lagi. Sulit untuk memperkirakan jumlah infeksi mulai turun awal tahun depan," katanya.




(hns/hns)

Hide Ads