Rizal Ramli Sebut Negara Produsen Beras Mulai Rem Ekspor, Stok RI Aman?

Rizal Ramli Sebut Negara Produsen Beras Mulai Rem Ekspor, Stok RI Aman?

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 07 Sep 2020 18:25 WIB
Rizal Ramli mendatangi Mahkamah Konstitusi hari ini, Jumat (4/9/2020). Kedatangannya untuk mengajukan uji materi terkait syarat presidential threshold.
Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Ekonom Senior Rizal Ramli mengingatkan pemerintah mengenai kondisi pangan nasional. Sebab negara-negara produsen beras mulai mengerem ekspor imbas pandemi COVID-19 yang berkepanjangan.

Di tengah kebijakan negara-negara penghasil beras membatasi ekspor, Indonesia tentunya harus mandiri memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Penting diingat negara-negara eksportir pangan terutama beras itu mulai hati-hati, Thailand, Vietnam melakukan kebijakan untuk mengurangi ekspor beras supaya dia bisa kasih makan rakyatnya yang pengangguran," kata dia dalam webinar, Senin (7/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Menko Kemaritiman itu melihat negara-negara produsen mulai membatasi ekspor karena mereka mengantisipasi krisis pandemi COVID-19 masih akan berlangsung cukup lama.

Mereka mengantisipasi agar negaranya tidak kekurangan beras. Sebab, jika negara kekurangan alias krisis pangan akan menyebabkan dampak buruk bagi negara tersebut, mulai dari keributan hingga masalah stabilitas.

ADVERTISEMENT

"Yang paling penting supaya ada stok pangan supaya tidak terjadi keributan dan stabilitas. Itulah negara-negara yang biasa eskpor pangan, rem ekspor pangannya, yang penting rakyatnya sendiri dikasih makan," tambahnya.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi memastikan stok beras dalam negeri dalam angka yang aman.

"Insyaallah akhir Desember aman, stok cukup, dan nanti bulan Oktober-November-Desember sudah masuk musim tanam untuk dipanen pada awal tahun depan," kata dia dalam webinar, Senin (7/9/2020).

Dia menjelaskan bahwa berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia punya stok beras 7,49 juta ton hingga akhir Juni.

"Januari sampai Juni terdapat luas panen 5,8 juta hektar, panen menghasilkan gabah 29 juta selama 6 bulan Januari-Juni dan berasnya 16,6 juta ton. Nah posisi setelah dikurangi konsumsi selama 6 bulan, Januari-Juni 15 juta ton konsumsinya, itu menghasilkan stok sekitar 7,4 juta ton," sebutnya.

Jadi, lanjut dia, pada akhir Juni tersedia stok sebesar itu yang sebagian merupakan carry over dari stok akhir Desember 2019, ditambah produksi selama 6 bulan, dan dikurangi konsumsi 6 bulan.

Lalu dari musim tanam kedua yang berlangsung hingga September akan ada tambahan stok beras 12,5-15 juta ton. Itu berdasarkan luas lahan 5,6 juta hektar.

"Itu targetnya 5,6 juta hektar kita tanam padi dengan menggunakan berbagai fasilitas dan dukungan irigasi, permodalan dan seterusnya, dan fokus pada 8 provinsi andalan pemasok beras, ada 9 yang utama dan sisanya daerah pengembangan, hitungannya target hasilnya akan diperoleh Juli sampai Desember nanti akan dipanen setara 12 sampai 15 juta ton beras," tambahnya.




(toy/zlf)

Hide Ads