Pejabat Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS telah menyiapkan perintah untuk memblokir impor kapas dan produk tomat dari wilayah barat China, Xinjiang. Pemblokiran itu atas tuduhan kerja paksa yang dilakukan.
Melansir Reuters, Rabu (9/9/2020), pemerintahan Trump awalnya akan mengumumkan pemblokiran itu pada Selasa waktu setempat, namun pengumuman itu ditunda sampai akhir pekan ini.
Larangan terhadap produk kapas, tomat dan lima produk impor lainnya dilakukan atas dugaan pelanggaran kerja paksa yang terjadi di Xinjiang. Keputusan ini merupakan langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dilakukan oleh badan tersebut. Keputusan ini pun kemungkinan akan memicu ketegangan antara dua negara ekonomi terbesar dunia ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah pemerintahan Trump meningkatkan tekanan pada China itu atas perlakuan sebelumnya terhadap kaum Muslim Uighur di Xinjiang. Dalam laporan yang diterima PBB menyebutkan 1 juta muslim yang ditahan di kamp-kamp dan disuruh bekerja paksa.
Pihak China pun membantah tuduhan penganiayaan terhadap Muslim Uighur. China mengatakan kamp-kamp itu adalah pusat pelatihan kejuruan yang diperlukan untuk melawan ekstremisme.
Di Beijing pada hari Rabu, seorang juru bicara kementerian luar negeri menolak perintah tersebut sebagai dalih untuk menargetkan perusahaan China.
"Saya pikir AS tidak peduli tentang hak asasi manusia," kata Zhao Lijian dalam menanggapi pertanyaan.
"Ini hanya menggunakan ini sebagai dalih untuk menindas perusahaan China, mengguncang Xinjiang dan memfitnah kebijakan Xinjiang China," tambahnya.
Zhao menambahkan, China akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan sah perusahaannya.
Pejabat CBP (Customs and Border Protection), Brenda Smith, mengatakan kepada Reuters bahwa larangan impor itu efektif akan mencakup seluruh rantai pasokan untuk kapas. Mulai dari benang hingga tekstil dan pakaian jadi, serta tomat, pasta tomat, dan ekspor regional lainnya.
"Kami memiliki bukti yang masuk akal, tetapi tidak konklusif, bahwa ada risiko kerja paksa dalam rantai pasokan yang terkait dengan tekstil kapas dan tomat yang keluar dari Xinjiang," tuturnya.
Larangan itu bisa berdampak luas bagi pengecer dan produsen pakaian jadi AS, serta produsen makanan. China menghasilkan sekitar seperlima dari kapas dunia, sebagian besar dari Xinjiang. Daerah itu juga merupakan pengimpor serat terbesar di dunia, termasuk dari Amerika Serikat.
Asosiasi Kapas China, sebuah badan perdagangan, menolak berkomentar pada hari Rabu.
(das/eds)