Pembicaraan penggabungan atau merger dua perusahaan rintisan terbesar di Asia Tenggara, Grab dan Gojek kembali dilanjutkan. Pembicaraan merger ini berlanjut setelah mendapat restu dari pemegang saham termasuk Softbank.
Seperti dikutip dari Financial Times, Selasa (15/8/2020), pembicaraan merger ini rupanya sudah dilakukan sejak enam bulan lalu. Namun, aksi korporasi ini terhalang oleh tentangan dari Softbank salah satu pemegang saham terbesar sebelumnya.
Pendiri Softbank, Masayoshi Son kala itu percaya layanan ride-hailing bisa menjadi monopoli di mana perusahaan yang paling banyak uang akan mendominasi pasar tertentu. Hal itu diungkap orang-orang dekat miliarder Jepang tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, Gojek dan investornya Tencent dan Meituan-Dianping dan baru-baru ini Facebook dan PayPal Silicon Valley telah terbukti tangguh terutama di Indonesia.
Baca juga: Wacana Gojek 'Kawin' dengan Grab Muncul Lagi |
Meski begitu, Indonesia sebagai pasar terpenting bagi Grab dan Gojek akan menemui tantangan yang sulit. Gojek memiliki bantuan politik di dalam negeri di mana pendirinya Nadiem Makarim adalah menteri yang berarti mungkin memiliki pengaruh ekstra dalam kesepakatan apa pun.
"Gojek adalah tuan rumah dan pemerintah mendukung orang lokal," kata salah satu investor.
Pembicaraan tersebut juga menghadapi penolakan dari beberapa eksekutif senior Grab, yang khawatir tidak memiliki posisi tinggi pada pemegang saham jangka panjang yang berusaha keluar dari kondisi yang merugi dalam grup.
Kesepakatan juga akan diperiksa dengan cermat oleh regulator terkait pengaruhnya pada lapangan pekerjaan mengingat latar belakang keuangan yang memburuk.
(acd/eds)