Waduh! Ekonomi RI Bisa Minus 3 Kuartal Berturut-turut

Waduh! Ekonomi RI Bisa Minus 3 Kuartal Berturut-turut

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 17 Sep 2020 16:35 WIB
Pandemi Corona membuat sejumlah negara masuk jurang resesi. Indonesia termasuk yang diprediksi menyusul negara-negara tetangga seperti, Singapura Malaysia hingga Thailand.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Direktur Riset Indef Berly Martawardaya mengatakan ekonomi Indonesia berpotensi resesi berkepanjangan jika penyebaran kasus virus Corona tidak bisa ditangani dengan cepat. Dia menilai ekonomi Indonesia berpotensi minus selama tiga kuartal berturut-turut.

"Kalau pandeminya lanjut sampai akhir tahun bahkan tahun depan, maka penderita COVID terus bertambah secara signifikan sehingga resesinya (ekonomi minus) bisa lebih dari tiga kuartal," kata Berly dalam acara diskusi online Indef, Kamis (17/9/2020).

Pemerintah terus berupaya menekan angka penyebaran dengan berbagai kebijakan. Salah satu yang dilakukan menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) seperti di DKI Jakarta, serta pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) di Bogor, Bekasi, dan Depok.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia bilang, penerapan pembatasan sosial tidak hanya berdampak pada ekonomi DKI Jakarta melainkan juga nasional. Dia menilai penerapan PSBB jilid II di DKI Jakarta juga bisa menjadi titik keberhasilan pemulihan ekonomi nasional.

Menurut dia kondisi pandemi Corona yang berkepanjangan akan menciptakan pola pemulihan ekonomi 'U shape' bahkan 'L shape'. Kedua pola ini menandakan ekonomi butuh waktu atau sama sekali tidak pulih seperti sebelum terjadi pandemi.

ADVERTISEMENT

"Itu best scenario, pandeminya reda dan ekonominya pulih. Artinya penambahan COVID-nya melambat dan resesinya cuma dua atau tiga kuartal. Jadi itu masih U shape pendek ya, berarti nggak sampai setahun," katanya.

Meski begitu, Berly meminta masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan jika ekonomi Indonesia resmi resesi. Pasalnya resesi hanya masalah angka atau statistik. Dia mengatakan yang paling penting saat ini adalah pemerintah harus menjamin kebutuhan masyarakat di tengah pandemi khususnya kelompok 40% termiskin.

"Kalau resesi kenapa? itu hanya angka, yang penting orang hidup dulu, yang penting 20-40% masyarakat dilindungi, ini memang tidak bisa tambah makmur, jadi justru kita tidak takut resesi," katanya.

"Jadi prioritasnya melindungi dulu, jadi harus memilih ya melindungi, ya tidak apa-apa kalau negatif, yang penting yang mati sedikit dan penularan sedikit," tambahnya.




(hek/fdl)

Hide Ads