Menteri Perdagangan (Mendag) Agus Suparmanto mengatakan kenaikan harga komoditas di tingkat global mendorong kinerja ekspor Indonesia. Alhasil, tercatat surplus neraca perdagangan US$ 2,3 juta pada Agustus 2020 atau capaian tertinggi ketiga sepanjang tahun ini.
"Melemahnya permintaan global menekan kinerja ekspor Agustus 2020. Namun, penurunan nilai ekspor yang terjadi relatif rendah dibandingkan penurunan volumenya. Sehingga, hal ini mengindikasikan bahwa kinerja ekspor Indonesia masih tertolong dengan harga komoditas global yang relatif baik. Selain itu, surplus neraca perdagangan ini turut membantu pergerakan rupiah ke level yang positif," jelas Agus dalam keterangannya, Selasa (21/9/2020).
Lebih lanjut, Agus mengatakan, neraca perdagangan Agustus 2020 menjadi penopang peningkatan nilai neraca kumulatif periode Januari-Agustus 2020 yang mencapai US$ 11,1 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nilai neraca periode Januari-Agustus 2020 hampir menyamai nilai neraca perdagangan Indonesia untuk keseluruhan tahun 2017, yaitu sebesar US$ 11,8 miliar yang merupakan raihan tertinggi neraca perdagangan Indonesia sejak 2012.
"Kesemuanya ini mengindikasikan kinerja perdagangan Indonesia masih dalam jalur yang benar mendukung perbaikan kinerja ekonomi nasional di tengah ketidakpastian perekonomian global akibat pandemi COVID-19," katanya.
Menurut Agus, nilai ekspor Indonesia pada Agustus 2020 yaitu tercatat sebesar US$ 13,1 miliar atau mengalami penurunan 4,6% dibandingkan bulan sebelumnya (MoM). Penurunan ini terutama terjadi pada ekspor nonmigas, yaitu sebesar 4,4% atau senilai US$ 0,6 miliar.
Ia menjelaskan, penurunan ekspor nonmigas Agustus 2020 dipicu oleh menurunnya ekspor beberapa komoditas utama Indonesia, seperti lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, dan logam mulia, perhiasan/permata.
Penurunan nilai ekspor bahan bakar mineral disebabkan adanya penurunan harga batu bara. Sedangkan, penurunan produk lemak dan minyak hewan/nabati dikarenakan adanya penurunan permintaan impor di Tiongkok yang merupakan negara tujuan ekspor produk crude palm oil (CPO) Indonesia.
Sementara itu, beberapa produk ekspor nonmigas justru mengalami pertumbuhan bulanan yang signifikan, yaitu bijih, terak, dan abu logam (HS 26), barang dari besi dan baja (HS 73), serta kendaraan dan bagiannya (HS 87). Peningkatan nilai ekspor bijih, terak, dan abu logam (26), terutama dipicu oleh lonjakan ekspor biji tembaga dan konsentratnya sebesar 74,92%.
"Ekspor bijih, terak, dan abu logam (HS 26) paling banyak ditujukan ke Tiongkok. Berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke Inggris, Vietnam, Taiwan, Italia, dan Thailand juga naik secara signifikan. Optimisme dan sentimen positif dari sisi konsumen dan pelaku usaha di beberapa negara tersebut mendorong adanya peningkatan aktivitas bisnis," ungkapnya.