Pak Ahok, Superholding Bisa Jamin BUMN Jadi Lebih Baik?

Pak Ahok, Superholding Bisa Jamin BUMN Jadi Lebih Baik?

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 22 Sep 2020 12:00 WIB
Sejumlah tamu beraktivitas di dekat logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020). Kementerian BUMN meluncurkan logo baru pada Rabu (1/7) yang menjadi simbolisasi dari visi dan misi kementerian maupun seluruh BUMN dalam menatap era kekinian yang penuh tantangan sekaligus kesempatan. ANATAR FOTO/Aprillio Akbar/nz
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Jakarta -

Eks Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan kembali komentar soal wacana lama Kementerian BUMN yang harusnya diganti superholding seperti Temasek yang ada di Singapura. Usulan itu baru-baru ini digaungkan lagi oleh Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok.

Dahlan mengatakan bukan sebuah kepastian jika Kementerian BUMN meniru Temasek langsung berhasil. Hal itu sudah dicoba sendiri oleh BUMN Malaysia dengan dibentuknya Khazanah Nasional Berhad.

"Tapi apakah benar-benar karena itu Temasek bisa jaya? Sehingga kalau BUMN Indonesia juga di-superholding-kan otomatis akan maju? Siapa pun akan menjawab tidak. Malaysia sudah mencoba. Dan sudah telanjur banyak juga yang memuji Khazanah. Tapi kita semua tahu Khazanah tidak bisa mengikuti kisah sukses Temasek," kata Dahlan melalui tulisan berjudul 'Superholding' dikutip dari disway.id, Selasa (22/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Saat Malaysia mencoba untuk meniru seperti menjadi Temasek malah bermasalah. Terjadi skandal keuangan terbesar dalam sejarah dunia.

"Belakangan Khazanah juga bermasalah. Ia dijadikan kendaraan oleh Perdana Menteri Najib Razak untuk mencari dana politik. Tanpa skandal itu pun Khazanah tetap bukan kelas Temasek. Khazanah tidak kunjung mampu menyelamatkan anak-anak perusahaannya. Salah satunya Malaysian Airlines System. Sampai MAS berkali-kali disuntik uang negara. Toh tidak juga bisa keluar dari kesulitan menahun," jelasnya.

Dia melihat BUMN Indonesia pada dasarnya bukan perusahaan. Sehingga walaupun ada superholding kalau perlakuan politik kepada anak-anak superholding itu tidak berubah, justru akan lebih buruk dari Khazanah.

"Waktu ada ide pembentukan holding dulu salah satu alasannya adalah agar BUMN yang tergabung dalam holding berubah status menjadi anak perusahaan. Dengan demikian statusnya bukan lagi BUMN. Berarti terbebas dari proses politik. Alasan itu gagal total. Perlakuan politik kepada anak perusahaan BUMN tidak ada bedanya dengan BUMN. Perusahaan yang tidak dikelola secara perusahaan adalah bukan perusahaan. Itulah BUMN. Pakai superholding atau pun tidak," tegasnya.

Menurutnya, Temasek bisa sukses bukanlah hanya dengan superholding. Tetapi karena rasionalnya perusahaan tersebut yang diurus secara perusahaan, bukan diurus dengan setengah perusahaan dan setengah politik.

"Kalau pun ada politiknya jangan lebih 10%. Tidak mungkin BUMN 100% bebas politik. Pun Temasek. Siapa yang ditunjuk sebagai pimpinan puncak perusahaan BUMN pastilah ada unsur politiknya.

Kepemimpinan puncak Temasek disebut sangat stabil karena tidak sering ganti kepemimpinan. Kepemimpinan Temasek sendiri dipercayakan kepada madam Ho Ching sejak 2004 atau sudah 16 tahun. Madam Ho Ching adalah istri perdana menteri Singapura Lee Hsien Loong. Bahkan sejak Ho Ching masih berstatus menantu Lee Kuan Yew.

"Kestabilan seperti itu yang tidak ada di BUMN Indonesia. Sumbernya, ya, ketidak stabilan politik. Bahkan ada BUMN besar yang dirutnya berganti tiga kali dalam dua tahun. Ada juga direksi baru yang pekerjaannya memperkarakan direksi sebelumnya. Bukan karena idealisme tapi hanya untuk menutupi kelemahannya. Semua itu karena unsur politik lebih dominan di BUMN," ungkapnya.

Pemilihan Direksinya pun berbeda. Jika Temasek disebut murni sesuai profesional, direksi BUMN Indonesia dipilih oleh pemerintah berdasarkan politik.

"CEO BUMN memang ditentukan secara politik. Yakni ditentukan oleh pemerintah. Tapi di Temasek di bawah CEO, semuanya murni profesional. Sampai ke dirut-dirut perusahaan di bawahnya. Apalagi yang di bawahnya lagi. Penentuan CEO-nya pun bukan semata-mata menantu atau istri. Tapi kapasitas yang diakui secara luas," terangnya.


Dahlan pun memuji tingkat transparansi Temasek secara keuangan. Temasek secara teknis-hukum disebut melampaui statusnya sebagai perusahaan karena praktek manajemen dan keterbukaan keuangannya berkelas Internasional.

"Itu berarti auditnya tidak hanya dari lembaga auditor independen Singapura. Temasek juga terbuka untuk diaudit lembaga-lembaga manajemen dan keuangan yang tergabung dalam konvensi internasional itu. Artinya: laporan keuangannya harus dibuka sampai sejauh itu. Demikian juga proses manajemennya -termasuk proses rekrutmen pimpinan perusahaan," tuturnya.

Daripada terlalu jauh meniru seperti Temasek, Dahlan menyarankan agar BUMN Indonesia kurangi campur tangan politik terlebih dahulu. Menurutnya, jika bisa ada 17 holding saja sudah sangat baik. Dengan begitu, Menteri BUMN hanya membina 17 perusahaan, tidak sampai mengurus lebih dari 100 perusahaan seperti selama ini.

"Holding-isasi perlu. Tapi untuk hanya ada satu holding BUMN rasanya masih terlalu jauh. Katakanlah pemerintah kita mampu menyelesaikan pembentukan superholding itu lewat omnibus law. Tapi apakah campur tangan politik bisa hilang? Atau justru akan menjadi seperti Khazanah?," tanyanya.

"Tapi itu pun tidak terlalu penting. Yang penting adalah dibebaskannya dari pengaruh politik tadi. Ini 'dalam' sekali. Menyangkut UU Keuangan Negara -di mana kerugian BUMN merupakan kerugian negara. Juga menyangkut audit. Termasuk bagaimana sebuah perusahaan harus sering berurusan dengan DPR," tambahnya.



Simak Video "Video: CT, Megawati hingga Pak Bas Hadiri Pernikahan Anak Pramono "
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads