Perusahaan penyedia ruang kantor internasional, WeWork telah menjual mayoritas sahamnya dalam jaringan bisnisnya di China. Hal itu dilakukan karena perusahaan sudah mengibarkan bendera putih dari serangan pandemi COVID-19.
Melansir CNBC, Kamis (24/9/2020), WeWork menjual sahamnya di China kepada Trustbridge Partners senilai US$ 200 juta atau setara Rp 2,96 triliun (kurs Rp 14.800).
Perusahaan yang berkantor pusat di New York itu bergerak dalam bidang membeli dan menyewakan real estat utama di kota-kota terbesar di dunia. Karena pandemi perusahaan telah memangkas biaya secara global sejak IPO yang gagal tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
WeWork mengatakan akan mempertahankan saham minoritas di WeWork China dan akan terus menerima biaya lisensi tahunan untuk penggunaan merek dan layanannya. Hal itu juga akan menjaga kursi dewan.
Valuasi perusahaan pada Mei lalu dihitung sebesar US$ 2,9 miliar. Angka itu turun dari penghitungan valuasi yang dilakukan sendiri oleh perusahaan sebelumnya sebesar US$ 47 miliar.
Memang, bisnis WeWork di China bernilai US$ 5 miliar dalam putaran pendanaan 2018. Saat itu melibatkan perusahaan BUMN Singapura Temasek dan SoftBank Vision Fund.
Sekarang 80% perusahaan dimiliki oleh SoftBank, WeWork belum menghasilkan laba dan membukukan rugi bersih US$ 723 juta pada paruh pertama tahun ini dengan pendapatan sekitar US$ 764 juta.
Pada bulan April, SoftBank menarik pembelian saham US$ 3 miliar. Tetapi bulan lalu raksasa teknologi Jepang itu memompa $ 1,1 miliar ke perusahaan untuk membantunya melewati pandemi.
Feng Ge, mitra pengelola di Trustbridge Partners, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya sangat yakin bahwa permintaan yang diberikan WeWork akan terus meningkat. Dia menambahkan bahwa ada kebutuhan yang meningkat akan fleksibilitas yang telah dipercepat oleh pandemi.
Michael Jiang, mitra operasi Trustbridge Partners, telah ditunjuk sebagai penjabat kepala eksekutif WeWork China.
WeWork memiliki 739 lokasi kantor di 140 kota dan lebih dari 662.000 total keanggotaan pada penutupan kuartal keempat tahun 2019, menurut situs webnya.
Ruang kerja WeWork pertama di Tiongkok dibuka pada tahun 2016 dan saat ini terdapat lebih dari 100 situs di 12 kota, dengan total lebih dari 65.000 anggota. Penyewanya beragam, termasuk perusahaan bisnis teknologi besar China seperti Alibaba dan Tencent.
"WeWork China telah membangun bisnis yang memperkuat posisi WeWork di seluruh wilayah sebagai pemimpin pasar dalam ruang fleksibel," kata Sandeep Mathrani, CEO WeWork, dalam sebuah pernyataan.
(das/dna)