Pilihan Investasi saat Resesi di Tengah Pandemi

Pilihan Investasi saat Resesi di Tengah Pandemi

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Minggu, 27 Sep 2020 12:30 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Resesi ekonomi sudah hampir pasti terjadi di Indonesia pada kuartal III tahun ini. Penyebabnya adalah tekanan pandemi COVID-19 yang menyebabkan ekonomi Indonesia terpukul.

Namun kondisi resesi ini adalah hal yang wajar karena terjadi di tengah pandemi dunia. Pembatasan kegiatan ekonomi dan aktivitas masyarakat demi menekan penyebaran virus menjadi salah satu penyebab.

Kondisi ini juga turut mengganggu produksi dan distribusi barang sampai jasa. Saat resesi ini apakah masih ada instrumen investasi yang cocok? Berikut berita selengkapnya:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group (AAG) Andy Nugroho menjelaskan, menjelang resesi dibutuhkan instrumen investasi yang berisiko rendah. Hal ini agar mudah dicairkan ke dalam bentuk uang tunai.

"Contohnya logam mulia, deposito, obligasi atau sukuk ritel, reksa dana berbasis pasar uang atau berbasis fixed income," kata dia saat dihubungi detikcom, Sabtu (26/9/2020).

ADVERTISEMENT

Dia mengungkapkan, hal ini menjadi pilihan supaya jika ada kemungkinan terburuk di pasar, maka investasi yang dipilih relatif minim penurunan nilai.

"Lalu kalau kita butuh dana sewaktu-waktu ya bisa muda

h untuk dicairkan," jelas dia.

Lantas apa saja investasi yang cocok kala resesi? Cek halaman selanjutnya

Emas

Untuk investasi emas dapat diandalkan menjadi dana darurat. Namun yang harus diperhatikan, jika ingin mendapatkan keuntungan saat investasi emas memang membutuhkan waktu yang panjang.

"Butuh waktu panjang, tapi kalau mau dijual cepat juga bisa diandalkan. Hanya saja untuk untung yang cepat kurang bagus," jelas dia.

Memang emas adalah logam yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu emas juga bisa tahan terhadap korosi. Emas juga adalah logam yang tidak reaktif sehingga tidak mudah teroksidasi.

Emas juga salah satu instrumen investasi yang nilai investasinya terbilang stabil, meskipun beberapa waktu terakhir harganya sempat naik turun bak roller coaster.

Reksa Dana

Selain emas, reksa dana bisa jadi salah satu instrumen untuk investasi yang menguntungkan. Reksa dana ini adalah kumpulan dana yang dikelola untuk investasi seperti pembelian saham, obligasi, dan instrumen keuangan.

Reksa dana ini cocok untuk pemodal kecil dan pemodal yang tidak punya banyak waktu atau keahlian menghitung risiko investasi mereka. Biasanya reksa dana ini diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi atau pihak yang dipercaya untuk mengelola dana.

Ada yang harus diperhatikan saat investasi di reksa dana. Misalnya risiko berkurangnya nilai unit penyertaannya, lalu ada risiko likuiditas, dan risiko wanprestasi.

Namun keuntungannya adalah, investasi di reksa dana tidak membutuhkan dana yang besar sehingga risiko bisa diperkecil. Kemudian reksa dana mempermudah pemodal investasi di pasar modal. Selain itu juga bisa efisien waktu karena manajer investasi yang mengelola.

Kemudian untuk saham dan reksa dana juga bisa menjadi pilihan. Misalnya beberapa waktu lalu harga saham sempat mengalami penurunan yang signifikan dan harga beli menjadi murah.

Saham

Saham saat ini adalah jadi produk investasi yang populer di pasar modal. Saham juga jadi produk yang punya titik keuntungan yang tinggi, namun risikonya juga tinggi.

Jika anda memilih investasi di saham ada beberapa hal yang harus diperhatikan misalnya ikut serta dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan memiliki hak untuk mendapatkan dividen dari saham yang dimiliki. Pemegang saham juga bisa mendapatkan keuntungan dari waktu ke waktu jika saham terus naik.

Tapi ada beberapa risiko yang harus diperhatikan misalnya jika kinerja perusahaan buruk maka perusahaan berpotensi tidak membayarkan dividen. Nah kerugian ini akan mengganggu modal perusahaan.

Selain itu ada juga potensi kerugian saat jual dan beli saham. Selanjutnya jika perusahaan bangkrut dan menerima hasil pembagian likuidasi terakhir kali.


Hide Ads