Depresi Hebat atau The Great Depression telah melanda dunia selama 10 tahun lamanya. Depresi itu berlangsung dari tahun 1929-1939, dari awalnya hanya di Amerika Serikat (AS), lalu berdampak secara global.
Salah satu hal yang membantu pemulihan ekonomi dunia dari Depresi Hebat ialah Perang Dunia II. Peristiwa bersejarah itu telah mencuri fokus Amerika Serikat (AS) dari pemulihan ekonomi, lalu beralih kepada perang untuk melawan kekejian Partai Nazi Jerman.
Dilansir dari History, Jumat (25/9/2020), upaya pemulihan Depresi Hebat sangat terlihat ketika Franklin Delano Roosevelt terpilih menjadi Presiden ke-32 AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjelang Inauguration Day (4 Maret 1933), setiap pemerintah negara bagian AS menginstruksikan semua bank yang tersisa untuk tutup pada akhir gelombang keempat kepanikan perbankan. Saat itu juga Departemen Keuangan AS tidak memiliki cukup uang untuk membayar semua pegawai pemerintah.
Roosevelt segera mengambil tindakan untuk mengatasi kesengsaraan ekonomi negara. Hal utama yang ia lakukan adalah mengumumkan hari libur bagi perbankan selama 4 hari. Dalam selang waktu itu, ia bersama Kongres menyusun dan mengesahkan undang-undang (UU) reformasi. Kemudian, pemerintah mengizinkan pembukaan kembali bank-bank yang dalam keadaan sehat.
Selain itu, Roosevelt secara rutin menyampaikan ceramah melalui radio ke seluruh penjuru negara, dalam sebuah rangkaian acara yang dikenal sebagai 'fireside chats' atau obrolan ringan. Ternyata, cara ini berhasil memulihkan kepercayaan publik.
Dalam 100 hari pertama menjabat sebagai Presiden AS, ia mengeluarkan UU yang bertujuan untuk menstabilkan produksi industri dan pertanian, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pemulihan.
Selain itu, Roosevelt berusaha mereformasi sistem keuangan, menciptakan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk melindungi rekening nasabah yang memiliki deposito. Ia juga menciptakan Securities and Exchange Commission (SEC) untuk mengatur pasar modal agar tak ada penyalahgunaan. SEC itu juga bertujuan untuk mencegah kejatuhan seperti yang terjadi di tahun 1929, di mana masyarakat membeli saham secara besar-besaran dan menyebabkan Wall Street melambung tinggi, tapi tak lama jatuh ke jurang.